Aroma hutan pinus masih terasa merengkuh epiderma
Serangga hutan masih saja bersahutan
Tawa lepas tak perlu kuperjelas
Jalanan ini mengukir jejak kaki
Aku seolah terjebak disini bersama sepenggal memori
Yang mungkin kan pudar seiring waktu berputar
Pada turunan anak tangga pertama
Kau memberi aba-aba
"Berhenti, tetap disitu!"
Perlahan kau melangkah mundur menuruni anak tangga itu
Dan tepat saja tebakanku
Sembari membetulkan posisi topimu yang dengan spontan kau letakkan di kepalaku
Kau membidikkan lensa kamera tuamu yang tempo hari pernah kau ceritakan padaku bahwa itu pemberian ayahmu
Sungguh epic!!
Tumbuhan paku-pakuan menari-nari seolah menyambutku di sini
Aku tak pernah sebahagia ini
Putaran waktu pun seolah tak kunjung berlalu
Tak ingin mengusik canda tawa antara kau dan aku
Seketika intuisi berkata, "Ini hanya sementara."
Dalam imajiku, "Apakah ratusan anak tangga ini hanyalah ilusi semata?"
"Bahwa aku tak seharusnya menapaki jejak kaki disini?"
"Tapi mengapa deretan bebatuan raksasa di ujung sana menarikku untuk terjeda begitu lama?"
"Hingga mendongak ke tebing-tebing yang menjulang tinggi dan ternyata kudapati pelangi."
"Arrghhh.. Tempat ini terlalu kukagumi jika hanya menjadi sebuah pijakan mimpi yang pada akhirnya harus kuakhiri sendiri!!"
***
28/09/2019