Beberapa waktu lalu, saya dan staff kampus dinyatakan positif COVID-19 setelah pemeriksaan swab. Hal ini tidak dapat dipungkiri setelah saya memiliki rutinitas yang baru yang mengharuskan saya untuk bertemu banyak orang. Disaat saya mulai nyaman dengan rutinitas yang baru, saya malah terpapar COVID-19. Akibat itu, kami harus isolasi mandiri di kediaman kami masing-masing.
Pada hari pertama, kedua dan ketiga tentu saya sangat jenuh. Saya hanya bisa berada dikamar sebut saja kost untuk beberapa waktu, mengkonsumsi obat yang banyak, berjemur, ibadah online, bahkan untuk menghantar makanan saja harus diletakkan di depan kamar saya. Sangat tidak asik bukan? Bukan itu saja, saya juga membuat orang tua dan kerabat saya cemas dengan informasi ini. Namun tidak ada yang menginginkan seperti itu terjadi. Isolasi hari pertama, kedua dan ketiga rasanya bumi sangat lama berputar.
Selama saya menjalani isoman, saya hanya memiliki gejala yang ringan yang membuat saya bisa beraktivitas seperti biasanya versi online. Yah, walaupun selama isoman pekerjaan saya tidak terlalu padat seperti biasa. Pada hari keempat, saya mulai mencari kesibukan, sebab yang yang hanya berada dipikiran saya adalah "Saya ingin melakukan aktivitas saya seperti biasa." Hingga membuat saya merasa jenuh. Hari itu saya membaca artikel teman saya, Alfred. Ada yang sangat melekat pada pikiran saya yaitu "Aktivitas yang membahagiakan" saya menemukan key word yaitu menikmati dan bersyukur, saya menemukan jawaban kenapa dalam isoman dihari sebelumnya saya merasa jenuh dapat diartikan saya tidak bahagia.
Saya beranggapan bahwa isoman ini adalah beban sehingga saya tidak dapat menikmati selama isoman beberapa waktu yang lalu. Setelah saya membaca artikel itu, tentu mengubah cara pandang saya terhadap isoman, saya mencoba melihat sisi positif selama saya isoman. Pertama, saya beranggapan bahwa saya isoman itu adalah waktu untuk istirahat. Melihat dari beberapa waktu sebelumnya, saya hanya bisa tidur 5 jam/hari karena tugas, kerjaan dan rutinitas yang begitu padat. Namun sekarang saya bisa beristirahat setelah daring usai, dan lebih banyak waktu untuk beristirahat.
Kedua, saya beranggapan bahwa sehat itu mahal, mengapa saya sebutkan sehat itu mahal karena saat saya sakit saya harus membeli obat yang harganya bisa dikatakan mahal, untuk membeli vitamin saja saya hampir menghabiskan lima ratus ribu belum untuk biaya berobat. Kesehatan merupakan harta yang paling berharga dan tak ternilai,oleh sebab itu agar tetap sehat orang rela melakukan apa saja dan segala cara yang di lakukan demi hidupnya sehat seumur hidup. Karena sehat itu tidak bisa di cari,lebih baik kehilangan harta dari pada sakit,karena harta bisa di cari.
Ketiga, selama isoman ini dapat dikatakan memperbaiki relasi saya dengan orang tua. Selama perkuliahan semester ini dimulai saya dan orang tua harus berpisah untuk sementara karena saya kuliah di kota Medan sedangkan tempat tinggal saya di Riau. Selama perkuliahan dimulai saya juga sangat jarang menghubungi orang tua dan keluarga saya disana. Namun semenjak isoman, saya sering menghubungi orang tua bahkan hampir tiga kali dalam sehari.
Keempat, selama isoman juga saya memperbaiki relasi dengan Maha Kuasa, dikesibukan yang sangat padat tentu saya sering melupakan-Nya. Dengan adanya waktu luang ini saya bisa memanfaatkan waktu untuk bersaat teduh, berdoa dan membaca Alkitab. Lewat tiga pokok cara ini saya dapat memperbaiki relasi yang akrab dengan sang Pencipta.
Kelima, selama isoman, saya juga mencoba mengembangkan kemampuan seperti menulis, infografis dan public speaking. Akhir-akhir ini sedang mendalami dunia menulis seperti essay dan artikel untuk penelian yang sedang saya coba. Isoman ini juga mencoba untuk membuat infografis untuk perlombaan. Belajar berpublic speaking dengan menonton video youtube dan mempraktekkan di depan cermin, hehehe. Tentu dengan banyaknya waktu luang, saya juga menghabiskan waktu saya untuk membaca buku yang sudah saya beli namun belum sempat membaca.
Tentu dengan adanya perubahan cara pandang saya, membuat saya bersyukur sebab saya masih bisa hidup saat ini. terlebih saat ini banyak yang terkena COVID-19 yang harus dilarikan ke RS bahkan harus dapat bantuan untuk bertahan hidup.
Untuk teman-teman merasakan hal sama seperti saya, cobalah untuk melakukan beberapa yang saya tuliskan ini. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H