Beluluk merupakan bahasa lokal di daerah Provinsi Jambi untuk sebutan buah enau (Arenga pinnata ) yang sudah diolah atau dikenal juga kolang-kaling.
Setiap satu pohon enau mampu menghasilkan 50 kilogram kolang-kaling. Biasanya kolang-kaling menjadi penganan favorit banyak keluarga di saat berbuka.
Fitri menguliti dan mengambil biji enau. Tangannya cekatan memisahkan tandan dan buah enau yang masih bercangkang. Setelah tiga jam, beluluk tersebut diangkat dari rebusan lalu didinginkan.
Meski pandemik tak menyurutkan semangat Warga Desa Jambi Tulo Kecamatan Muaro Sebo Kabupaten Muaro Jambi menghidupkan roda ekonomi dengan tradisi beluluk di sebagian besar wilayah Provinsi Jambi.
Pohon Enau merupakan salah satu komoditi unggulan. Balitbangda Provinsi Jambi bahkan baru-baru ini memberikan bibit pohon semua sebanyak ratusan ribu hektar. Tradisi Beluluk ini sudah turun-temurun setiap menyambut puasa. Beluluk biasanya dijual di pasar tradisonal dengan harga Rp, 14 ribu setiap kilo gramnya. Satu pohon enau rata-rata menghasilkan sebanyak 50 kilogram kolang-kaling yang sudah dipanen.
Dulu saya hanya mencicip kolang-kaling dijadikan kolak dengan pisang ataupun cendol dan lainnya. Namun sekarang banyak beredar manisan kolang-kaling , lebih enak,berwarna ya, dan bisa berasa buah lainnya seperti jeruk, strawbery, buah naga dan lainnya.Harganya pun bisa diatas saat ini sekitar Rp 60 ribu hingga 70 ribu per kilo gramnya.
Jika mau leih kreatif, bisa juga dengan menggunakan semua fasilitas sedang berlangungnya pembuatan kolang-kaling ini.
Panen beluluk berasa nikmat tahun ini berhari raya di tengah pandemik. Karena situasi usaha perkebunan seperti karet dan sawit juga mengalami penurunan harga dan berimbas pada pemasukan pengrajin beluluk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H