Lihat ke Halaman Asli

Elviza Diana

Penjelajah kata

Ngabuburit ke Kebun Horor Nenek

Diperbarui: 4 Mei 2020   13:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi

Suara motor Jefri terdengar di luar teras. Suaranya yang sedikit berat terdengar memberi salam dan masuk ke ruang tamu Makwo. 

"Makwo ada, Fahmi," katanya setelah berbasa-basi menanyakan kabar.

Aku dari kamar terbangun, malas keluar untuk menghampirinya. Jam di dinding kamar baru menunjukkkan 16:00 WIB. Sudah dua purnama aku tak bertemu Jefri. Wabah Pandemik membuat kami bersepakat menghentikan kegiatan hang out yang rutin kami lakukan. 

"Fahmi, panen alpukat yuk," serunya dari luar pintu kamar.

Tangannya menyentak gagang pintu, dan aku tak bisa mengelak. Dia melemparku dengan bantal dan menarik tanganku untuk bangkit. Langit masih biru cerah, sinar matahari terasa menyengat. 

Sudah beberapa hari tak hujan. Aku menukar kaos oblong yang ku kenakan di rumah dengan sebuah kaos bersih di dalam lemari. Ku ambil jaket yang tergantung di pintu kamar. Tak lupa helm dan sepasang kaos tangan motor. 

Tanpa menjawab, aku mengikuti Jefri menuju motor yang diparkirnya asal di depan teras.

"Makwo, pergi dulu ke kebun Jefri,"kataku dari luar.

"Hati-hati, pakai masker jangan kemalaman, buko di rumah," sahutnya.

"Panen alpukat dimana, sih Jef?"

"Tempat nenek, Mi".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline