Lihat ke Halaman Asli

Elviza Diana

Penjelajah kata

Bertaruh Nyawa Demi Setetes Madu

Diperbarui: 10 April 2020   12:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Doni Pangaribuan, pemanen madu hutan dan keluarganya/ Elvi Zadiana

Bujang Ali (37) menghidupkan motornya. Di bagian belakang motor terikat sebuah bungkusan besar yang berisi ember dan baju yang akan dikenakannya nanti. 

Matahari mulai hangat, dia seperti terburu-buru untuk sampai ke lokasi Pohon Sialang tempatnya panen madu hari ini. Bukan pertama kali Bujang Ali memanjat Sialang, ini entah pemanjatan yang ke berapa. 

Dia menjalani pekerjaannya sebagai pemanjat Sialang sejak berusia 25 tahun. Dulu dia masih mengikuti tradisi panen madu di malam hari sejak 3 tahun terakhir, Ali beralih memanjat Sialang di pagi dan siang hari.

"Kalau malam hari gelap tidak tampak tangganya, kalau siang terang jelas nampaknya.  Siapa tahu ada dahan yang lapuk kita tidak tahu.Lebih aman saja kalau siang," ujarnya.

Peralatan yang digunakan Ali sangat sederhana: dia hanya menggunakan baju kaus berlapis lima,sarung kaki dan tangan yang juga berlapis-lapis. Ali menggunakan saringan minyak yang dijahitkan di jaket pelapis terluar yang digunakannya.

Ali mulai menapaki satu per satu paku berukuran kurang lebih 15 cm yang tertancap di pohon Sialang. Di tas ranselnya ada sebotol air putih yang dibawanya juga naik. "Ini panas, kita butuh minum di atas nanti".

Kali sarang yang mereka temui hanya dua buah yang berisi dan itu pun tak penuh berisi madu. Ada ratusan lebah liar mengitari pohon saat asap dihidupkan di bawah. 

Ali begitu cekatan menempelkan tubuhnya merayap ke dahan yang bersarang dan memisahkannya ke dalam ember dilengkapi katrol tali yang dinaikkan Doni Pangaribuan, rekan pemanen yang berjaga di bawah. Tak sampai 2 jam, Ali sudah tiba di bawah kembali. Hasil panen yang didapat kali ini hanya sedikit.

Biasanya ia sudah bisa memprediksi perkiraan hasil panen dengan melihat sarangnya saja dari bawah. Kemudian sarang yang bergelayut besar dan dipenuhi banyak lebah menghasilkan madu yang banyak. 

Ali menyebutkan dari tempat yang sering dipanennya, Desa Suo-suo menjadi tempat yang memproduksi banyak madu." Di desa Suo-suo, Sialangnya berisi banyak. Pernah 150 kilo gram sekali panen", ujarnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline