Hari pertama study tour sesuai dengan jadwal yang sudah diatur kami mengunjungi Masjid Baiturrahman, Museum Tsunami, Museum PLTD Apung, dan terakhir Pantai Lampuuk. Cerita tentang kunjungan ke Masjid Baiturrahman sudah aku sampaikan pada tulisan sebelumnya. Nah, sekarang aku mau menceritakan perjalanan kami ke Museum Tsunami. Jarak antara Masjid Baiturrahman ke Museum Tsunami tidak terlalu jauh, sekitar lima menit sampai ke lokasi. Kami didrop di depan museum. Semua siswa dan guru pendamping turun berjalan kaki menuju ke museum. Sementara bus yang mengantarkan kami mencari tempat parkir yang agak jauh dari museum. Kalau berjalan ke sana pasti akan berpeluh.
Aku menugaskan staf kesiswaanku Bu Shelfi untuk mengatur siswa duduk di luar museum tempat untuk menunggu dan beristirahat. Sementara aku dan staf kesiswaanku Pak Ryan menuju ke loket pembelian karcis masuk. Di sana sudah ada beberapa orang yang mengantre. Aku melihat tulisan "Closed" di depan loket, berarti kami harus menunggu, pikirku. Pastilah capek berdiri tapi kalau kami pergi tentu kami akan jauh ketinggalan karena kulihat makin banyak orang yang berdatangan menuju antrean. Niatku untuk pergi dari antrean kubatalkan.
Tidak berapa lama masuk seorang perempuan muda menuju ke ruang loket. Alhamdulillah, loket sudah dibuka. Orang yang antreannya paling depan sudah mulai bertransaksi. Karena banyak yang mengantre sampai panjang ke belakang dari beberapa loket maka petugas museum dengan suara lantang berkata,
"Bapak Ibu, mohon hanya satu orang saja yanng mengatre dari setiap keluarga!.
Mendengar instruksi itu, aku keluar dari barisan antre menuju ke pinggir samping loket. Aku menunggu sampai akhirnya antrean kami pun tiba. Aku memberikan kode pada Bapak petugas antrean bahwa aku mau berbicara dengan petugas loket. Aku diizinkan berbicara.
"Ibu, izin menjelaskan kami membawa siswa study tour ke sini. Berapa biaya perorang ya Bu?" aku berharap ada diskon karena kami membawa banyak siswa.
"Tiga ribu rupiah Bu."jawab Ibu itu singkat.
"Apakah ada potongan Bu?"
"Oh, tidak ada."
"Kalau anak kecil umur tiga tahun bayarkah Ibu?" tanyaku lagi penuh harap agar ada diskon. Di loket tertulis anak-anak/pelajar bayar Rp. 3.000. Mengapa aku bertanya tentang anak kecil karena ada guru pendamping membawa anak kandung mereka yang berumur tiga tahun sampai lima tahun. Makanya aku bertanya pada Ibu petugas tiket.