Lihat ke Halaman Asli

Kenapa Kok..?

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kenapa kok...”

Kalimat ini cukup sering keluar dari mulut saya, ketika saya menemukan keganjilan-keganjilan yang harus dipertanyakan.

“Kenapa kok ayamnya gak ada?” Kalimat ini keluar waktu saya memesan makanan dan ternyata sedang kosong.

“Kenapa kok ditulis ekspres?” Kalimat ini keluar waktu saya mau memilih paket pijat di suatu tempat pijat.

“Kenapa kok diberi tanda?” Kalimat ini keluar waktu saya sedang di-USG check up kesehatan.

Dan begitu banyak kalimat “Kenapa kok..” yang refleks keluar begitu saja..

Respon yang saya dapat bermacam-macam. Ada waiter restoran yang menjelaskan bahwa bahan masakannya sedang habis sampai mama saya yang sering kesal dengan pertanyaan itu dan menjawab

“Sudah kamu jangan tanya terus, nanti dokternya bingung, nanti kan dijelaskan.”

Dan respon yang sering saya dapat sejak kecil sampai sekarang adalah jawaban yang menjengkelkan seperti ini

“Ah kamu itu banyak tanya, cerewet, banyak omong.”

Kalau sudah dijawab seperti itu, saya hanya diam tapi pikiran saya tetap bertanya, dan akhirnya saya akan cari jawabannya sendiri, entah benar atau tidak. Sebab kalau bertanya, akan dapat jawaban seperti itu. Hal itu yang terpatri dalam pikiran saya.

Ketika saya beranjak dewasa, saya semakin mengetahui bahwa tidak hanya saya yang dibilang banyak tanya dan banyak omong. Ketika saya semakin luas melihat dunia, saya semakin menyadari bahwa ribuan bahkan jutaan anak di Indonesia yang mengalami hal “Kenapa kok..” yang saya alami. Ketika saya sedang mencari arti hidup, saat itulah saya tahu bahwa kata “Kenapa kok..” yang sering saya lontarkan adalah bagian dari menemukan hidup yang sesungguhnya. Itu bukan karena saya banyak cerewet dan menyebalkan, tapi itu merupakan salah satu cara saya menemukan arti hidup.

Ah sayangnya, masih banyak orangtua, guru, dan orang-orang dewasa yang belum sepenuhnya menyadari arti “Kenapa kok..” yang diucapkan seorang anak. Seringkali seorang anak dibilang cerewet karena dia banyak bertanya. Seringkali orang-orang dewasa dengan sengaja atau tidak sengaja menyesatkan. Seperti yang terjadi beberapa hari lalu ketika saya mengajak 2 keponakan saya yang berusia 5 tahun dan 9 tahun untuk nonton bioskop Walking Dinosaurs. Tak terhitung berapa pertanyaan yang dilontarkannya. Ketika dia bertanya, “Itu burung apa?”, teman saya yang tidak tahu itu burung apa langsung menjawab “Itu burung elang”. Saya langsung menegurnya dan mengambil alih pendidikan di dalam gedung bioskop yang sebelumnya dipimpin teman saya itu.

Berikanlah jawaban yang benar ketika ada yang bertanya padamu. Sebab siapa yang menyesatkan, akan menerima upahnya sendiri, seperti yang tertulis di Alkitab:

Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku,
lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya
lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut. (Matius 18:6)

Perkataan yang keras diberikan kepada barangsiapa yang menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini. Berikanlah jawaban yang benar ketika mereka bertanya “Kenapa kok..?”, bahkan sampai ratusan kali pertanyaan itu dilontarkan, sebab itulah salah satu caranya menemukan arti hidup yang sudah dianugerahkan kepadanya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline