Lihat ke Halaman Asli

Pemaksaan di Balik Senyum Manis

Diperbarui: 20 Juni 2015   02:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dampak beranjak menjadi "anak tunggal" dalam keluarga membuat saya harus bisa mengatasi keadaan yang bukan kemahiran saya, seperti mengurus service mobil. Kebutaan akan mobil memaksa saya untuk pergi sendiri ke tempat service. Saya disambut sangat ramah mulai dari tempat parkir hingga ke tengah ruangan service, dan disambut oleh service advisor (menurut kartu namanya sih demikian). Blablabla pun terjadi seputar mobil, hingga akhirnya saya disodori sebuah kertas penilaian kerjanya dia. Dengan tersenyum manis, dia berkata: "Mohon diisi kertas surveynya ya bu, ini kartu nama saya". Saya cukup kaget dengan kalimat pertamanya. Halooo? Saya harus mengisi sebuah penilaian kerja tepat di depan orang yang saya nilai? Seumur2 saya belum pernah melakukannya. Okelah, saya isi biodata saya dulu dengan ogah2an tentunya. Kalimat berikutnya dilontarkannya: "Harap diisi dengan tulisan saya sangat puas dengan pelayanan di *tit* ya bu". Alamak! Kecepatan menulis saya semakin melambat. Saya cuma tulis 1 kalimat singkat: saya sangat puas. Dan lagi2, sang service advisor dengan tersenyum mengatakan: "Tolong dibantu bu, ditulis saya sangat puas dengan pelayanan di *tit*. Yayayaya, okelah, baiklah, saya tulis. Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya masih ada lagi....

Ketika saya membayar di kasir, mbak kasir lagi2 mengeluarkan jurus andalannya, dengan tersenyum dia memberikan karton bergambar smile sambil berkata: "silahkan dimasukkan ke kotak bu". Hah? Saya menoleh ke kanan dan melihat tampak sebuah kotak tembus pandang disekat 2 bagian. Bagian kiri tampak wajah smile dan tumpukan karton smile. Bagian kanan tampak wajah sad dan kosong. So, apakah ada pilihan bad untuk diberikan kalau karton yang disodorkan selalu smile? Diiringi tatapan senyum manis yang memandang saya, tangan saya bergerak lemah memasukkan karton smile ke habitatnya.

Dalam hati saya berkata.. Oke, baiklah, well, so...

Bagi saya, tempat service ini adalah tempat paling tidak memuaskan dan sad yang pernah saya datangi. Sebuah pemaksaan di balik senyum manis yang mengagungkan penilaian terbaik untuknya, dimana pencitraan lebih baik daripada kejujuran. Tampaknya mendapatkan nilai tertinggi dalam survei customer sangat dikejar untuk dapat terus bertahan di tempat kerja. Ujungnya pun kembali ke urusan perut, pak, bu, bro, sis..




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline