Lihat ke Halaman Asli

Mencermati Lirik Lagu

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Seorang Sufi Dzunun Al-Misri mengatakan bahwa musik adalah sesuatu yang datang dari Tuhan, yang dapat menggugah hati manusia untuk menuju yang haq. Namun pernah anda dengar cerita ikwal remaja yang nekat bunuh diri, karena meresapi lirik sebuah lagu. Seberapa jauh agitasi lirik terhadap penikmat musik ? Benarkah lagu Indonesia miskin thema ?

Lirik dan lagu hakekatnya ibarat roh dengan jasad. Sekali waktu dia bisa sangat romantis, mengharu biru, tapi terkadang juga bisa berisi protes. Tanpa kita sadari melalui sebuah lirik, agitasi pencipta terhadap penikmat musik menjadi alat propaganda yang sangat efektif. Sehingga sebuah lirik yang berkualitas kerap menjadi obsesi. Bahkan menurut budayawan Emha Ainun Nadjib, lagu yang bagus adalah yang mampu berkomunikasi serta mampu “mengasyikkan” menggetarkan kalbu kita.

Starway to Heaven lagu Led Zeppelin, hingga saat ini masih disukai banyak orang. Liriknya yang indah seakan memberi power kepada solmisasinya, serasa tak pernah bosan mendengarnya.

There's a lady who's sure all that glitters is gold,
and she's buying a stairway to heaven
When she gets there she knows, if the stores are all closed,
with a word she can get what she came for.
Ooh, ooh, and she's buying a stairway to heaven.

Kemisteriusan lirik lagu mistis Bohemian Rhapsody, hingga sekarang masih belum terjawab. Sejalan dengan kepergian sang pencipta Faroukh Bulsara alias Freddy Mercury, berbagai mantra fraseyang menjadi kekuatan lagu itu seperti : ScaramoucheBeelzebub, Figaro, Galileo, Mama Mia, danMagnifico semakin menjadi kekuatan kemesteriusan lirik lagu Queen.

I see a little silhouetto of a man,
Scaramouche, Scaramouche, will you do the Fandango
Thunderbolt and lightning, very, very fright'ning me
(Galileo) Galileo (Galileo) Galileo, Galileo figaro
Magnifico I'm just a poor boy and nobody loves me
He's just a poor boy from a poor family,
Spare him his life from this monstrosity
Easy come, easy go, will you let me go
Bismillah! No, we will not let you go
(Let him go!) Bismillah! We will not let you go
(Let him go!) Bismillah! We will not let you go
(Let me go) Will not let you go
(Let me go) Will not let you go (Let me go) Ah
No, no, no, no, no, no, no
(Oh mama mia, mama mia) Mama mia, let me go
Beelzebub has a devil put aside for me, for me, for me

Sehingga tidak heran bila Iqbal, Pujangga Pakistan pernah mengatakan :

Darimana Kemerduan Seruling Terdengar,
Dari Denyut Hati Sang Peniup,
Bukan dari Potongan Bambu.

Tak pelak bermusikpun sering dituding orang sebagai biang dari keributan. Bahkan ex vokalisMakara band mengatakan bahwa bernyanyi adalah haram hukumnya. Kehadiran The Beatles kali pertama dahulu dicap para orang-tua sebagai penganut aliran setan. Secara tiba-tiba anak remaja mereka berubah menjadi kesurupan mengekor penampilan 4 (empat) pemuda Liverpol itu. Suicide Solution lagu Ozzy Osburne, mampu membuat seorang remaja nekat bunuhdiri. Atau tembangSilver-Chair yang konon mampu membutakan hati seorang pemuda, sehingga nekat membunuh orang tua dan saudaranya dengan sadis.

Karena itu sosok sastrawan yang dicap memiliki kelebihan dalam berdiksi mulai ramai direkrut dengan harapan akan menghasilkan lirik lagu yang berkualitas. Tidak aneh bila Drh.Taufik Ismailmenjadi berangkulan mesra dengan BimboSi Burung Merak WS Rendra mengepakkan sayap bersama KantataKiai Mbeling Emha berkolaborasi merangkuh “Perahu Retak” dengan Franky Sahilatua. Dan Putu Wijaya pernah bersekutu pula dengan Alm Dr.Harry Roesli. Menguatlah istilah musikalisasi puisi atau puisi yang bernyanyi. Walau bukan jaminan selalu menjadi karya berkualitas, populer dan laris, namun setidaknya menjadi alternative baik untuk memperbaiki kualitas lirik musik di negara kita. Sangat mahfum bahwa berkolaborasi untuk menyatukan konsep/gagasan dari beberapa idealisme bukan hal yang sangat mudah.

Walaupun demikian, sebaliknya tidak berarti pencipta lirik yang notabene bukan sastrawan tidak mampu menghasilkan produk-produk berkualitas, bermakna dan mempunyai amanat bagi dunia penikmatnya. Segudang musisi kita yang cukup memiliki kemampuan memberikan “pesan” kepada lagunya dengan baik, misal : Mira Lesmana, Katon Bagaskara, Eros Jarot, Jockie Suryoprayogo, Oma irama dsb .

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline