Lihat ke Halaman Asli

Elvina Widyasari

Seorang mahasiswa yang ditugaskan untuk menulis artikel

Peran Content Creator di Era Digitalisasi dalam Mengurangi Kesenjangan Sosial

Diperbarui: 27 Oktober 2024   21:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Literasi digital adalah pengetahuan dan kemampuan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.

Literasi digital menjadikan seseorang untuk dapat mengakses, mengevaluasi, dan menciptakan konten di lingkungan digital, sementara aspek kemanusiaan sendiri mengajak kita untuk menggunakan kemampuan tersebut secara bijak, serta dapat memahami dampak dan menghargai nilai-nilai kemanusiaan di masyarakat.

Tujuan utama literasi digital yang berlandaskan kemanusiaan yaitu memanfaatkan teknologi untuk kebaikan bersama, menghargai privasi dan hak individu, serta menghindari penyebaran informasi yang salah.

Apakah digitalisasi selamanya memberikan dampak yang buruk?

Adanya literasi digital ini tentunya sangat memudahkan kita di berbagai bidang, contohnya kemudahan dalam berkomunikasi dan kemudahan dalam mengakses informasi.

Literasi digital juga mendorong masyarakat menjadi lebih kreatif dengan menciptakan konten-konten di berbagai platform sosial media, seperti youtube, instagram, tiktok, dan lain-lain. Menjadi content creator kini dianggap pekerjaan bagi masyarakat karena adsense atau 'bayaran' yang didapat dari membuat konten cukup menjanjikan.

Konten yang dibuat oleh content creator memuat tema dan topik yang berbeda-beda, mulai dari edukasi, hiburan, berita, hobi, dan masih banyak lainnya. Namun, tak sedikit pula konten yang beredar kurang baik jika diterima masyarakat, seperti ujaran kebencian, adu domba, dan berita palsu.

Content creator akan semakin terkenal jika semakin banyak orang mengakses atau menonton kontennya. Hal ini bisa ditandai dengan banyaknya viewers atau jumlah pengikut akun sosial media content creator tersebut. Seseorang dengan banyak pengikut di sosial media ini akan mendorong orang lain untuk melakukan hal serupa ketika mereka menyuarakan sesuatu. Artinya, seorang content creator dapat menjadi role model yang mampu memengaruhi pikiran dan perilaku masyarakat.

Di era digital ini, tak sedikit pula banyaknya pengikut seseorang dijadikan alat untuk berbuat kebaikan. Sebagai contoh, salah satu youtuber gaming terkenal, Windah Basudara, memanfaatkan ketenarannya untuk membuka donasi yang 100% hasilnya disalurkan untuk membangun sekolah yang kondisinya kurang layak untuk ditempati.

Sekolah yang terletak di daerah Papua Pegunungan itu, diberi nama "Sekolah Alam Bakti Toleransi". Pembangunan sekolah tersebut dilatarbelakangi oleh fasilitas belajar mengajar yang kurang memadahi. Dengan adanya proyek pembangunan tersebut, diharapkan akan membuka kesempatan bagi anak-anak di Papua untuk mendapatkan pendidikan berkualitas dengan fasilitas yang lebih layak.

Sama halnya dengan aksi yang dilakukan oleh Windah Basudara, seorang content creator tiktok yang terkenal oleh konten melukisnya, Erika Richardo juga membangun sekolah dengan dana yang dikumpulkan dari donasi. PAUD yang dibangun di tanah Nusa Tenggara Timur (NTT) ini diberi nama "PAUD Efata".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline