Lihat ke Halaman Asli

Elvinakey

Guru Bahasa Indonesia

Pak Talib dan Jalan Beraspal

Diperbarui: 2 April 2021   02:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perbincangan tentang Pak Talib, sang kepala desa Gujarat memang tidak pernah ada habisnya. Kali ini, warga nyinyir sebagai informan nomor satu desa yang tidak memiliki kredibilitas dalam menyampaikan berita membeberkan isu tak sedap. Kata mereka, Pak Talib terlalu sibuk memperbaiki infrastruktur desa, anggaran desa kian dirampas untuk membeli aspal. Bak sumbu berminyak yang terkena percik api, berita tersebut menyebar dengan pesatnya di kalangan desa. Di kedai-kedai kopi yang kini tidak lagi berdinding bambu dan beratap tembikar, di tongkrongan pemuda yang dulunya acuh-tak acuh mengenai kinerja Pak Talib.

"Pak Talib ini, buat apa pula dia perbaiki jalan?" seru seorang pemuda di tengah kegiatan mereka sedang bermain kartu.

"Kenapa kalau Pak Talib perbaiki jalan? Kan enak, jadi cepat kita kalau mau ngapel pacar di desa sebelah." Ujar seorang yang lain, sambil melemparkan kartunya ke meja.

"Kau ini! Ngapain dia perbaiki jalan. Diperbaikinya lah dulu rumah-rumah penduduk ini. Buat apa jalan bagus kalo rumah gak bagus?" Salah seorang pemuda yang kartunya sudah habis dalam putaran tersebut menimpali.

"Bukan begitu prinsipnya. Jalan bagus, semakin cepat lah akses penjualan hasil bumi. Hasil bumi terjual, bisalah untungnya buat perbaiki rumah." Seorang lagi menimpali.

"Halah! Sok-sok memperbaiki jalan untuk petani. Emang warga desa hanya petani?" pemuda yang pertama membuka pembicaraan membalas pernyataan.

"Loh, lihat kedai kopi ini. Dua tahun lalu masih reot-reot. Yang dijual pun hanya kopi hitam yang pait. Sekarang? dindingnya sudah batu, tidak ada atap yang bocor. Menunya pun mulai beragam. Ada kopi hitam, ada kapucino, ada kopi susu, ada pula makanan-makanan ringannya. Kenapa bisa berkembang? Ya pasti karena warga desa juga mulai memiliki uang lah buat sekadar duduk ngopi. Gak hanya ngutang." Seorang yang memang pro Pak Talib tiba tiba bergabung dalam obrolan.

"Keluarkan As nya!" sambung orang tersebut.

"Infrastruktur dulu diperbaiki, agar masyarakat semakin mudah berbenah di sektor ekonomi. Akses anak-anak ke sekolah juga semakin lancar, jadi sektor pendidikan juga ikut terangkat" Sahut pemuda yang masih memegang kartu di tangannya. Dilemparkannya kartu As di meja.

"Halah, kalian ini, membela Pak Talib seakan-akan dia mengaspal jalan kalian ke surga." Ujar pemuda yang kalah main kartu, dan kalah menggiring opini nyinyir ke teman-temannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline