Media pembelajaran sangat membantu mencapai tujuan pembelajaran. Kenyataannya, banyak jenis dan ragam media di sekitar kita yang dapat kita temukan, kembangkan dan manfaatkan untuk menunjang pembelajaran kita. Masalahnya adalah, mengapa sampai saat ini masih ada guru yang enggan menggunakan media dalam mengajar? Beberapa alasan berikut, mungkin merupakan jawabannya.
Pertama, guru menganggap bahwa menggunakan media itu menambah repot. Jika kita jujur, barangkali inilah alasan utamanya. Mengajar dengan menggunakan media memang perlu persiapan. Apalagi jika media itu menggunakan peralatan elektronik seperti video atau komputer. Guru dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi tersebut terutama Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang berkembang sangat pesat. Banyak sarana dan prasarana yang bisa membuat proses belajar mengajar jauh lebih menyenangkan bagi siswa.
Guru dalam kegiatan pembelajarannya dapat memanfaatkan komputer atau laptop (komputer jinjing) dan LCD proyektor sebagai media pembelajaran dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Melalui kecanggihan teknologi ini proses belajar mengajar akan lebih menarik dan menyenangkan. Semakin kreatif guru dalam memanfaatkan teknologi ini maka akan semakin baik pula daya serap siswa terhadap materi pelajaran.
Kedua, media itu barang canggih dan mahal.Pandangan seperti ini juga masih ada di kalangan para guru. Alasan ini tentu tidak sepenuhnya benar. Media tidak selalu canggih dan mahal. Nilai penting dari dari sebuah media bukan terletak pada kecanggihannya, apalagi kemahalan harganya, melainkan terletak pada pada efektifitas, efisiensinya dan kreatifitas guru dalam membantu proses pembelajaran. Banyak media sederhana yang dapat dikembangkan sendiri oleh guru dengan beaya murah. Kalaupun kita mempergunakan jenis media canggih semacam media audio-visual, hal ini juga akan menjadi murah jika dimanfaatkan oleh lebih banyak siswa.
Ketiga, tidak bisa atau takut menggunakan (gagap teknologi).Gagap teknologi (gatek), ternyata juga masih dialami oleh sebagian guru kita. Ada beberapa guru yang “takut” dengan peralatan elektronik.
Keempat, media itu hanya untuk hiburan sedangkan belajar itu harus serius.Alasan ini memang jarang ditemui, namun ada guru yang berpandangan demikian. Jaman dulu, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang serius sedangkan media identik dengan hiburan. Tidak mungkin melakukan proses belajar sambil santai. Paradigma belajar kini sudah berubah. Kalau belajar dapat dilakukan dengan menyenangkan, mengapa harus dilakukan dengan tegang dan menyeramkan.
Kelima, tidak tersedia media di sekolahTidak tersedianya media di sekolah, mungkin ini alsan yang sering ditemui di lapangan, terutama di daerah-daerah. Akan tetapi seorang guru tak boleh menyerah begitu saja. Guru adalah seorang profesional yang harus penuh inisiatif dan kreatifitas.
Keenam, Kebiasaan guru mengandalkan ceramah.Mengajar dengan hanya mengadandalkan verbalistik saja memang lebih mudah, tidak perlu banyak persiapan. Dari kepentingan guru, cara tersebut memang lebih enak. Namun kita harus mempertimbangkan kepentingan siswa yang belajar, bukan selera guru semata. Bagi guru yang pandai bicara, mengajar dengan mengandalkan ceramah mungkin saja bisa menarik perhatian siswa. Namun tidak semua guru memiliki kepiawaian untuk “berpidato” yang mampu memikat seluruh siswanya. Lagi pula, bukankah tidak semua topik dan jenis materi pelajaran bisa atau cocok untuk disajikan melalui ceramah?
Seorang guru yang ahli berceramah sekalipun , justru akan semakin efektif jika ceramah tersebut juga dibantu dengan berbagai macam media penunjang. Guru yang baik perlu menggunakan multi metode dan multi media dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Media pembelajaran, bukan sekedar berfungsi sebagai alat bantu mengajar, melainkan media itu sendiri juga dapat memerankan fungsi sebagai penyampai pesan belajar. Dengan begitu, tidak semua informasi pelajaran harus disajikan oleh guru.
Diklat Online Guru Melek IT (DOGMIT) diselenggarakan untuk mendorong guru-guru Indonesia agar melek IT dan memanfaatkan IT tersebut dalam pembelajarannya. Diklat online ini memfasilitasi keinginan rekan-rekan guru dari berbagai daerah di seluruh wilayah Indonesia yang ingin meningkatkan kompetensinya terkait pemanfaatan IT dalam pembelajaran namun terkendala waktu dan tempat. Misalnya guru yang ingin meningkatkan kompetensinya berada di wilayah yang jauh atau wilayah yang lain sedangkan fasilitatornya berada di Jakarta atau sebaliknya, maka dengan adanya diklat online semua kendala tersebut dapat teratasi. Berdasarkan hal- hal di atas, maka penulis memutuskan untuk bergabung mengikuti Diklat Online Guru Melek IT (DOGMIT) pola 12 hari yang difasilitasi oleh pak Sukani, seorang teacher, trainer, motivator, dan narasumber terkait pemanfaatan IT untuk pembelajaran. Penulis adalah peserta DOGMIT angkatan 3 yang sedang berlangsung dimulai dari tanggal 8 s.d 18 November 2015.
Adapun motivasi penulis dalam mengikuti DOGMIT angkatan 3 ini adalah: