Lihat ke Halaman Asli

Aku Debur Debu

Diperbarui: 25 Februari 2020   10:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Oleh: Elvida Busma

Aku debur debu yang kau tiup untuk kemudian kau isap. Degup rindu  yang mencari jejak untuk kembali. Namun, pulang ternyata  kata yang sulit bagiku, aku tersesat dalam putaran angin, mencari arah ke delapan penjuru.

Pengembaraan ini menegaskan kaulah jalan setapak menuju rumah. Rumah di mana kita akan menanam benih-benih yang akan menjadi pohon. Pohon yang akarnya kokoh mencengkeram bumi, berbuah lebat dan puncaknya menyentuh langit.

Dan kau sajak yang kutulis utuh tanpa ambigu di antara jejeran waktu. Rinduku seperti dedaunan yang menari saat disentuh bayu. Getarannya semu untuk tajamkan kita.

Sebagai perempuan biasa, aku  hanya butuh  bahu untuk  bersandar, dan peluk hangat ketika penat. Aku hanya debu yang mencari tempat hinggap. Lalu dengan rela disapu harapan-harapan esok.

Tangerang, 16 Februari 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline