Lihat ke Halaman Asli

Silaturahmi di Masa Pandemi, Buatlah Janji Sebelum Berkunjung

Diperbarui: 15 Mei 2021   00:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto : Tangkapan layar program Samber THR Kompasiana.

"Mbak, hari raya ke-2 atau ke-3, bolehkah aku berkunjung ke rumah?" Sapa seorang teman di pesan aplikasi WhatsApp. 

Saya mengiyakan dan menjawab akan menunggu kedatangannya. Beberapa teman memahami kebiasaan saya yang kurang suka didatangi secara mendadak. Dalam menerima teman atau tamu berkunjung ke rumah, saya juga punya beberapa pertimbangan untuk mengiyakan kunjungannya. 

Saya mengetahui keseharian teman saya yang terbiasa patuh pada protokol kesehatan. Berarti saya pilih-pilih teman, dong? Dalam situasi pandemi seperti ini, lebih baik berjaga-jaga untuk kebaikan bersama. Apalagi untuk saya yang memiliki riwayat ashma dan bronkitis kronis. 

Jika teman yang datang berkunjung memberi kabar, kita bisa mengatur waktu agar tidak terjadi penumpukan atau kerumunan di rumah. Iya kalo punya rumah yang luas dan masih bisa memungkinkan jaga jarak. Jika rumah sempit, akan susah menjaga jarak satu sama lain. 

Di masa situasi pandemi seperti ini, kita juga tidak boleh tersinggung jika teman menolak dikunjungi. Kita harus memahami kekhawatiran teman kita tanpa harus menuduh yang negatif. Berpikir positif saja bahwa itu adalah bagian dari cara teman kita memutus mata rantai penyebaran covid-19. Di beberapa rumah, saya masih melihat tulisan di pagar "Maaf, tidak menerima tamu." 

Silaturahmi memang penting untuk kita lakukan, bahkan seharusnya tidak hanya saat Idul Fitri. Silaturahmi artinya menyambung kerabat atau keluarga. Berasal dari kata shilah dan al-rahmi. Shilah artinya hubungan atau ikatan. Sedang Rahmi maknanya kerabat atau keluarg. Rahmi asal katanya adalah [r] [h] [m], kadang dibaca rahmi atau rahim. Karena itu, di Indonesia ada dua istilah yang biasa digunakan ; silaturahmi dan silaturahim, tidak ada perbedaan arti. 

Seyogyanya, silaturahmi tidak.hanya dilakukan pada hari raya Idul Fitri, tapi juga di hari-hari biasa. Ini adalah bagian dari ajaran Islam yang sangat mulia. Sebab, manusia tak bisa luput dari salah. Maka, saling memaafkan antarsesama adalah sebuah keniscayaan dalam menjalin harmoni kehidupan. Dalam Shahih Bukhari, Rasulullah pernah bersabda, "Siapapun yang ingin lapang rezeki dan panjang umur, maka bersilaturahim lah."

Momen hari raya Idul Fitri dirayakan dengan menyambung tali silaturahim dan saling memaafkan antara yang satu dengan yang lain. Berasal dari dua kata 'id dan al-fithri. 'id artinya kembali. Sedang al-fithri artinya alami, natural, asli. Jadi kalau digabung, makna harfiyahnya adalah kembali ke asal. Tatkala dilahirkan di dunia, manusia dalam keadaan suci dari dosa. Ibarat kertas putih yang belum ada guratan tinta. Hari raya Idul Fitri dimaknai sebagai hari sebagaimana manusia dilahirkan dalam keadaan Fitri, suci dari dosa.

Tahun ini adalah tahun kedua kita merayakan hari raya Idul Fitri dalam suasana pandemi. Kita mungkin sudah mulai terbiasa bersilaturahmi secara virtual. Meskipun mengurangi keseruan karena tidak bisa bersentuhan secara fisik, yang penting adalah tujuan dari silaturahmi itu sendiri, yaitu menyambung tali persaudaraan. 

Jika memang memungkinkan untuk bersilaturahmi dengan berkunjung, terutama untuk kerabat terdekat, tidak ada salahnya melakukan kunjungan secara terbatas. Misalnya, jika pada situasi normal satu keluarga yang datang berkunjung terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak, mungkin bisa dibatasi dengan cukup kedua orangtua saja yang berkunjung. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline