Sesuatu yang pertama, seringkali dianggap istimewa. Begitupun dengan 1 Ramadan. Demi bisa berkumpul bersama keluarga di hari pertama Ramadan, banyak yang rela pulang kampung meski hanya 2 atau 3 hari.
"Tak pulang, Yud?" Samar-samar saya mendengar suara ibu adik yang kost di tempat saya.
"Tidak, Ma. Harus persiapan magang. Maaf lahir batin ya, Ma." Jawab Yudi, adik yang kost di tempat saya. Saya terharu mendengar suara Mamanya yang terisak. Rasanya, tidak ada ibu yang tidak berharap anak-anaknya berkumpul saat sahur di hari pertama, menikmati masakan ibu yang dibuat penuh cinta untuk keluarga.
Saya teringat almarhumah Mama, sehari sebelum Ramadan, Mama akan sibuk memasak rendang daging sapi, kadang dicampur kacang merah, kadang dicampur kentang kecil. Mama akan sibuk menelepon anak-anaknya yang merantau, menanyakan apakah mereka bisa pulang untuk sahur dan berbuka puasa di hari pertama.
Yang lokasinya masih dekat, bisa segera pulang, minimal sehari sebelum Ramadan. Ada juga saudara yang melewati puasa hari pertama di perjalanan dan masih bisa berkumpul saat berbuka puasa di hari pertama.
Malam harinya, kami shalat tarawih bersama di masjid dekat rumah. Wajah Mama terlihat sumringah ketika disapa tetangga yang melihat Mama bersama anak-anaknya. Sesederhana itu saja untuk membuat perasaan orangtua bahagia. Meskipun tidak sesederhana perjalanan yang ditempuh saudara-saudara saya demi bisa berkumpul bersama.
Ada yang harus menjalani 12 jam perjalanan darat, ditambah lagi dengan drama mabuk darat selama perjalanan. Saat tiba di rumah, kondisi tubuh lemas dan meriang. Ada juga saudara yang harus berpindah-pindah transportasi, dari naik kapal lalu menyambung lagi dengan mobil travel. Saat tiba di rumah, disambut hangat penuh kerinduan dari orangtua, rasa lelah itu terbalas sempurna.
Saat berkumpul, orangtua kami juga tidak mau membanding-bandingkan kelebihan anak yang satu dengan yang lainnya. Biasanya Mama hanya membahas Abang yang tidak bisa pulang karena pekerjaannya sebagai pelaut.
Semenjak kedua orang tua meninggal dunia, kebiasaan kumpul bersama di hari pertama Ramadan tidak lagi kami lakukan. Masing-masing sudah punya keluarga sendiri, ada juga yang berkumpul di rumah mertuanya. Beberapa hari sebelum Ramadan, biasanya saudara yang merantau akan pulang untuk ziarah ke makam kedua orangtua dan kakak sulung.
Memasak rendang untuk sahur di hari pertama Ramadan seperti menjadi kebiasaan buat saya dan saudara-saudara saya. Tahun ini, kakak saya memasak rendang daging sapi yang dicampur dengan kacang merah dan kentang. Selain menyiapkan untuk keluarga, kakak juga memberikan rendang untuk adik-adik kost yang tidak pulang di hari pertama Ramadan.
"Terbayang kalo suatu saat anakku harus nge-kost juga dan sahur dengan lauk ala kadarnya." Ucap kakak ke saya saat meminta saya mengantarkan rendang ke kamar adik kost.