Lihat ke Halaman Asli

Gunakan Masker Berdasarkan Risikonya

Diperbarui: 4 Agustus 2020   18:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menggunakan masker saat mendokumentasikan lahan yang terbakar. (Foto : Elvidayanty/dok.KKI Warsi)

Bagi sebagian orang, mungkin masker baru menjadi aksesoris sehari-hari sejak lima bulan terakhir, sejak pandemi Covid-19 mewabah. Kecuali mereka yang tinggal di kota yang polusinya tinggi seperti Jakarta. Saat sebelum pandemi Covid-19, sudah banyak orang yang menggunakan masker untuk mengurangi dampak buruk dari tingginya polusi. 

Saya yang tinggal di Jambi, juga orang-orang yang tinggal di Pulau Kalimantan, hampir setiap tahun langganan kabut asap. Saat musim kabut asap, orang-orang juga harus menggunakan masker untuk mengurangi paparan debu dan asap.

Saat kabut asap kian tebal, jika tidak menggunakan masker, hidung dan tenggorokan akan terasa perih karena asap dan debu yang terhirup. Saya jadi terbiasa punya stok masker dalam jumlah banyak untuk berjaga-jaga saat kabut asap datang lagi. 

Sebelum pandemi Covid-19, biasanya saya punya stok masker medis dan masker N95. Masker N95 digunakan saat kabut asap semakin tebal dan parah. Namun, sejak wabah Covid-19, saya punya 3 jenis stok masker. Masker medis, masker N95, dan masker kain. 

Masker N95, masker medis dan masker kain. (Foto : Elvidayanty)

Di masa pandemi, masker N95 saya gunakan saat pergi ke tempat yang risiko terpapar virusnya lebih tinggi seperti pasar tradisional. Di pasar tradisional Angsoduo misalnya, susah untuk mengontrol jaga jarak. Lapak antar pedagang sangat dekat, terutama di lapak sayuran. Fasilitas cuci tangan dengan air yang mengalir juga sangat minim. 

Masker medis saya gunakan jika ada keperluan ke rumah teman, mini market atau apotek yang dekat dari rumah. Masker medis juga saya gunakan saat memasak, karena ada beberapa jenis bumbu atau bahan makanan tertentu yang bisa membuat batuk atau bersin. Saat memasak sambal misalnya. 

Masker kain saya gunakan saat saya keluar rumah untuk membeli sesuatu hanya di satu tempat, dan tempat tersebut tidak ada potensi kerumunan. Misalnya, membeli buah-buahan di lapak pedagang kaki lima, itupun yang lokasinya tidak jauh dari rumah. 

Orang yang terpapar Covid-19 terus bertambah. Menggunakan masker tidak hanya melindungi diri sendiri, tapi juga mencegah kita menularkan virus ke orang lain. Mungkin, karena kemudian menjadi kebiasaan. Jika pandemi Covid-19 ini berakhir, akan tetap banyak orang yang menggunakan masker sebagai aksesoris sehari-hari. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline