Pengalaman Tanpa Perencanaan
Belum lama ini saya umroh bersama keluarga, berangkat pada tanggal 26 Desember 2023 dan kembali ke tanah air pada 3 Januari 2024.
Seperti kebanyakan orang yang akan ke luar negeri, terlebih dengan tujuan untuk beribadah yang besifat khusus, tentu sewajarnya ingin dapat melaksanakan ibadah sebaik-baiknya tanpa terganggu hal-hal yang kurang penting. Misalnya bingung menukarkan uang Rupiah dengan Riyal karena suatu kebutuhan yang tiba-tiba.
Sebelum berangkat, sebagian mata uang rupiah sudah siap ditukar di travel agent di mana kami umroh. Nilai tukar di sini diberi harga beragam, jika menukar hanya Rp1 jutaan nilai 1 Riyal adalah Rp4.545, artinya jika Anda menukar Rp1 juta maka memperoleh 620 Riyal. Namun jika Anda tukar hingga Rp5 jutaan, 1 Riyal diberi nilai sekitar Rp4.424.
Singkat cerita, akhirnya kami tidak sempat lagi tukar di travel tersebut. Jadilah kami menukar mata uang rupiah di Makkah setiba di sana. Sekali kami menukarkan di sebuah bank dan sekali di money changer. Nilai tukar sedikit berbeda antara bank resmi dan money changer suasta. Nilai 1 Riyal sedikit berbeda, namun berkisar Rp 4.345 hingga Rp 4.445.
Banyak item tiba-tiba dibeli. Pengeluaran tak terduga akhirnya "membengkak", tertama belanja oleh-oleh.
Ada hal yang luput dari perhitungan kami, ternyata di sini uang rupiah sangat laku. Saat bertanya tentang harga atau transaksi para pedagang biasanya bertanya pakai uang Jokowi apa Riyal.
Maksudnya, para pembeli bebas memilih menggunakan mata uang Rupiah (yang mereka sebut rupiah itu dengan "Jokowi") ataukah Riyal.
Jual beli di pasar-pasar atau toko-toko di Madinah maupun Makkah 1 Riyal dihargai Rp4.000. jadi jika Anda membeli gamis seharga 25 Riyal itu artinya Anda harus membayar Rp100.000 uang Rupiah.
Namun, meskipun para pedagang menyebut harga barangnya seharga 100.000 Jokowi mereka tidak bersedia dibayar dengan 22 Riyal (1 Riyal = Rp4.545). Ada prinsip harga beli dan harga jual mata uang asing.