Tiga Manusia Beruntung
Serta-merta diciumnya tangan Sa'ad bin Mu'adz Al Anshari, seraya bersabda' "Inilah tangan yang tidak akan disentuh api neraka, pula tangan yang dicintai Allah Swt karena digunakan untuk bekerja keras menghidupi keluarganya". Begitulah kisah Ketika Nabi Muhammad Saw kembali dari sebuah perjalanan dan berjumpa dengan Sa'ad. Beliau memperhatikan tangan Sa'ad yang kotor, kasar dan kering. Rasulullah Saw bertanya perihal ini. Sa'ad menyampaikan tangannya menjadi begitu karena pekerjaannya mengolah tanah dan mengangkat air sepanjang hari untuk menafkahi keluarganya.
Pada kali lain, Rasulullah Saw mengulurkan tangan beliau hendak menjabat tangan Mu'adz bin Jabal. Apa yang terjadi? Ketika menjabat, Rasulullah Saw merasakan tangan yang begitu kasar dan kapalan. Beliaupun menanyakan sebabnya. Mu'adz menjelaskan, tangannya menjadi demikian sebagai bekas kerja kerasnya. Rasulullah Saw-pun mencium tangan Mu'adz seraya bersabda, "Tangan ini dicintai Allah dan RasulNya, serta tidak akan disentuh api neraka."
Tangan dua manusia ini dicium oleh manusia teragung, Rasulullah Saw. Padahal saat itu pemilik tangan itu bukanlah orang yang berjabatan tinggi, bukan ulama besar, bukan kyai atau ustadz, bukan juga tangan milik orang yang menuliskan ilmu. Hanya orang biasa, telapak tangannya melepuh, kasar, kotor, kapalan, buku-buku jarinya mengeras karena memotong kayu, menggenggam dengan kuat, mencangkul, mengangkat Tangan itu menghitam karena sengatan sinar matahari.
Peristiwa lainnya, adalah Rasulullah Saw mencium tangan puteri beliau Fatimah Az-Zahrah. Ini bukan semata karena Fatimah adalah puteri kesayangannya, namun karena beliau baru menerima kabar dari seorang sahabat yang kebetulan melintas di depan rumah Fatimah. Ia melihat betapa Fatimah bekerja sangat keras menggiling gandum untuk menyiapkan makanan putera-puteranya yang terdengar sedang menangis.
Ketiga manusia yang mendapatkan kemuliaan dari Rasulullah Saw, adalah simbul mereka yang bekerja keras semata karena melaksanakan tanggung jawabnya, tidak bermalasan, tidak menunggu perintah seseorang, terlebih menunggu teguran, penghargaan atau pujian dari orang lain.
Bekerja Keras dalam Konteks Kekinian
Dalam konteks kekinian, bekerja keras tidak harus selalu dengan hal-hal yang bersifat menuntut fisik secara ektrim, namun bisa saja dalam bentuk yang lain. Seperti bekerja keras memperjuangakn nasib orang-orang yang kurang beruntung, melalui pemberdayaan ataupun kebijakan, mencurahkan ilmu untuk mendapatkan fatwa yang tepat tentang suatu permasalahan, merumuskan regulasi yang dapat memberikan manfaat bagi banyak orang secara sustainable, berjuang mendirikan dan menjalankan lembaga pendidikan, ekonomi sosial, budaya, dst.
Mencium Tangan, Ajaran dan Tradisi
Mencium tangan merupakan budaya sopan santun yang dilakukan sebagai bentuk penghormatan atau menunjukkan rasa cinta pada seseorang yang lumrah. Sebagai simbul
penghormatan kepada pihak yang dipandang lebih tinggi: ilmunya, usianya atau kedudukannya. Budaya ini sangat lekat di keseharian masyarakat Indonesia.