"Depresi banget aku, gara-gara anakku. Kesel tau, dia itu lulusan terbaik, di sekolah internasional lagi. Jauh-jauh hari kami persiapkan dia bisa masuk kedokteran di luar negeri. Les ini les itu. Eeeh, ujung-ujungnya ga mau, ribet katanya. Kan gua sama Papinya yang urus. Karena dia berkeras, kami oke kan dia daftar kedokteran lokal di UI. Biar kecewa dikit, ya lumayanlah yang penting masih di kedokteran. Kami udah pada seneng dia lulus. Eeeh konyolnya tau-tau dia daftar juga di Malang ambil Pendidikan PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar). Dia malah pilih jadi guru TK. Gila ga siih. Kayak apa masa depan dia nanti. Gara-gara ini aku jadi emosi mulu, ga semangat mau ini itu. Ga kebayang dia milih PGSD, ga bonafid banget."
Temanku itu, sebut saja Dilla, bersungut-sungut, menoleh kanan-kiri penuh kekesalan dan kekecewaan, gara-gara anak semata wayangnya yang mengambil sikap seperti dalam penggalan kisah itu.
Lain Dilla lain pula kawanku satunya lagi, sebut saja Rini. Ia berkisah tentang laki-laki, yang menipu dan perempuan yang menjebak. Suaminya sang penipu itu, dan sebut saja Adel wanita penjebak itu. Adel sangat paham bahasa kasih suaminya yang senengnya dilayani dan dipandang sebagai sosok yang melindungi. Suaminya adalah pimpinan satu perusahaan, sedaang Adel adalah salah satu stafnya.
Hasil investigasi Rini kepada orang-orang di kantor itu, tukang kebun, office boy ataupun staf biasa lainnya tentang Adel, menyebutkan bahwa Adel sangat pandai mengambil hati. Dia kerap menunjukkan sikap hormat yang berlebihan, mencium tangan dengan so sweet, bak seorang anak yang patuh dengan ayahnya atau seorang isteri yang shalihah saat dia berpamitan pulang atau bila suaminya baru tiba di kantor itu. Adel kerap membawakan makanan. Alasannya macam-macam, kebetulan lagi coba-coba resep barulah, ingat makanan kesukaan atasannya itulah, kebetulah ibunya mengirim makananlah, dapat oleh-olehlah dan lain-lain.
Adel juga memposisikan bosnya itu sebagai lelaki hebat yang memiliki kemampuan besar dalam melindungi. Dia selalu punya cara menyampaikan curhatan yang membuat bosnya itu terdorong untuk mencarikan solusi, membantunya, mengayominya dan melindunginya. Dia juga punya cara yang lihai dalam menyerahkan hadiah atau keperluan apapun yang disukai suaminya dengan tanpa menyinggung harga dirinya terutama dihadapan rekan-rekan kerjanya. Pokoknya Adel tipe wanita kesukaan suaminya yang selalu bersikap butuh perlindungan, hormat, so sweat dan melayani.
Akhir-akhir ini suaminya jarang makan malam di rumah, alasannya ada lembur, meeting dan makan di tempat tempat tersebut. Belakangan Rini tahu, suaminya "meeting" berdua dengan Adel di restoran-restoran mewah sampai warung makan pinggir jalan dengan riangnya. Perselingkuhannya makin jauh, karena suaminya kerap bertandang ke tempat kost Adel.
"Perempuan jalang ini tau banget cara menjinakkan laki-laki." Gemerutuk gigi Rini penuh amarah. "Dasar perempuan murahan, pelacur." selalu kalimat ini jadi penutup bila dia mencurahkan isi hatinya tentang selingkuhannya itu.
Gara-gara perselingkuhan ini, Rini mengaku susah tidur, menyimpan amarah, menangis sendiri, merasa sangat kesepian. Dia selalu dibayang-bayangi rasa dendam dan keinginan membalas dendam dengan mencelakakan Adel.
Apakah Rini depresi?