Lihat ke Halaman Asli

Erlina #5

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1381842437765562112

Image taken from : warihfirdausi.blogspot.com

Sebelumnya di  Erlina #4

Sudah hampir jam 2 malam, mata Erlina masih belum bisa terpejam. Bayangan Wilsa, sahabat karibnya dan pak Amin, bergantian berjalan - jalan tak menentu di benaknya. Entah apa yang dirasakan Erlina saat ini. Yang jelas, hanya Wilsa yang dibutuhkan Erlina saat ini. Dipandanginya layar BB yang ada di tangannya. BBM dari wilsa pun masih tersimpan. Semenjak Wilsa sampai di Tokyo, Jepang, Erlina tidak pernah membalas BBM maupun email dari Wilsa. Butuh waktu yang cukup lama memang untuk membuat Erlina tersadar dan menghadapi kenyataan, bahwa Wilsa punya  disorientasi seksual. Namun, pada akhirnya, seiring berjalannya waktu, Erlina bisa menerima keadaan itu.

Apa kabar, Wil, kamu di sana? Semoga kamu dalam keadaan baik, tak kurang suatu apapun. Maaf, baru sekarang aku kasih kabar balik ke kamu. Aku butuh waktu untuk menerima semuanya, Wil. Kuharap kamu mengerti. Terasa sesak, begitu tahu kamu  nodai persahabatan kita yang tulus ini.namun, apa boleh di kata, kenyataan berkata seperti itu. Aku yang harus bijak menyikapinya. Dan aku sudah bisa menerima apapun keadaanmu.

Terasa kaku, bbm yang dikirim Erlina ke Wilsa. Tidak seperti biasa ketika dua sahabat itu berbalas - balasan  pesan.

Sepuluh menit, 30 menit,  dan hampir dua jam sampai Erlina tertidur, belum ada balasan juga dari Wilsa.

Ada perasaan sedih, ketika Erlina bangun tidur, melihat layar BBnya tidak ada balasan dari Wilsa. Perasaan khawatir seketika menyeruak di dada Erlina.

"Are you fine, Will out there? Don't make me worry bout you, Wil" Gumam Erlina pada dirinya sendiri sambil menatap layar BBnya.

***

Pagi itu hari yang tak bersemangat buat Erlina berangkat ke kantor. Terbayang olehnya, pertemuan dengan pak Amin pasti akan terlihat canggung setelah pak Amin mengutarakan maksud hatinya. Erlina pun masih bimbang dan ragu akan perasaannya terhadap bosnya itu. Tak dipungkiri oleh Erlina,ada kenyamanan ketika  berada di dekat pak Amin. Entah kenyamanan seperti apa yang dirasakan Erlina, ia sendiri pun sulit untuk menggambarkannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline