Lihat ke Halaman Asli

Harapan Kepada Angkutan Umum di Indonesia

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Sebelumnya kita ambil contoh angkutan umum di daerah Ibu Kota Jakarta seperti angkot, bus kota, busway, dan APTB (Angkutan Perbatasan Terintegrasi Busway) yang masih terdapat kekurangan, baik dari segi kenyamanan, ketertiban, dsb.

Dari segi kenyamanan jelas angkutan umum di Ibu Kota masih sangat minim dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dll. Di Indonesia, ketidaknyamanan tersebut selain berasal dari kendaraan dan supirnya sendiri, berasal dari kesadaran penumpang. Contoh dari segi ketidaknyamanan dari kendaraan dan supirnya adalah kendaraan yang tua dan tidak terawat, dan minim sekali pengaman, ditambah sang supir yang berebut penumpang sehingga memacu kendaraannya lebih cepat. Selain membahayakan penumpang, dapat menyebabkan pula bahaya kepada kendaraan sekelilingnya dan pejalan kaki. Kendaraan yang tua dan tidak terawat menyebabkan seringnya terjadi kebakaran yg sering terjadi pada Busway dan APTB karena kurangnya perhatian dan perawatan kendaraan oleh pemerintah. Contoh dari segi ketidaknyamanan yang berasal dari kesadaran penumpang adalah masih banyak penumpang yang membuang sampah dan merokok di dalam angkutan umum, yang sebenarnya sudah ada peraturannya di setiap daerah masing-masing.

Dari segi ketertiban jelas juga masih sangat minim sehingga membuat kota terlihat lebih semeraut. Contoh dari segi ketertiban dari kendaraan dan supirnya adalah beberapa jenis angkutan umum (kecuali Busway dan APTB) yang berhenti atau menaikkan/menurunkan penumpang tidak pada tempatnya dan supir yang tidak memiliki surat-surat lengkap dalam berkendara. Padahal pemerintah sudah menyediakan fasilitas halte untuk menaikkan/menurunkan penumpang dan fasilitas teminal untuk berhenti mencari penumpang. Tetapi terkadang halte yang fungsinya hanya untuk menaikkan/menurunkan penumpang, menjadi terminal bayangan yang menyebabkan kemacetan. Contoh dari segi ketertiban yang berasal dari kesadaran penumpang adalah seperti penumpang yang naik/turun tidak pada tempatnya.

Kalau kita bandingkan dengan negara tetangga, kenyamanan dan ketertiban angkutan umum di Indonesia jauh dibawah rata-rata. Karena setiap angkutan umum di negara tetangga selalu mendapatkan perhatian dan perawatan dari pemerintah. Begitu juga dengan supir-supir angkutan umum disana di gaji oleh pemerintah sehingga tidak berebut penumpang yang secara tidak langsung dapat mebahayakan keselamatan penumpang di dalamnya. Setiap angkutan juga selalu tertib dalam hal menaikkan/menurunkan penumpang. Selain itu juga didudukung dengan kesadaran penumpang dan calon penumpang akan kenyamanan dan ketertiban. Walaupun kita tau sebagian besar angkutan umum di Indonesia adalah impor baru ataupun bekas dari negara lain, tidak masalah mau itu bekas dan sudah tua asalkan masih layak untuk beroperasi dan selalu dikontrol, diperhatikan, dan dirawat. Semoga angkutan umum di Indonesia terutama di kota-kota besar dari waktu ke waktu bisa memperbaiki diri dari segi kenyamanan, ketertiban, dll demi kenyamanan dan keselamatan bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline