Lihat ke Halaman Asli

Mencoba Membangkitkan Memori Ramadan Tahun 2000an

Diperbarui: 20 April 2021   00:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Tahun 2000an, tahun di mana saya mulai belajar berpuasa ketika kanak-kanak. Diawali dengan puaso di baliak papan (gak betul-betul puasa sampai maghrib, entah apa filosofi dari istilah itu. Mungkin maksudnya sembunyi-sembunyi berbuka puasan. Di baliak papan jika ditranslasi ke Bahasa Indonesia menjadi 'di balik papan', tersembunyi.).

Ramadan semasa kecil dulu, masih punya banyak waktu yang bisa dihabiskan dengan berkumpul bersama teman-teman, membunuh waktu dengan bermain bersama.

Di era 2000an, saya dan teman-teman sudah mengenal gawai semacam komputer dan hape jadul yang tahan banting. Meski begitu, kami tetap senang sekali bermain permainan tradisional atau boardgame.

Masak-masak dengan kompor kaleng dan lilin

Lupakan sejenak bermain lompat tali, dore (dikenal juga dengan salatak, cak ingkling, atau entah apa namanya di daerah para pembaca), bermain kejar-kejaran, dan permainan serupa yang menguras energi. Di antara permainan tradional yang kami sering mainkan, bulan puasa adalah saat menyalurkan hobi dan angan-angan memasak.

Saya dan teman-teman senang bermain masak-masak dengan kaleng bekas yang diberi lubang-lubang dengan menggunakan paku dan batu, lalu lilin sebagai bahan bakarnya, sekaligus juga sebagai minyak untuk menggoreng dedaunan. Rajin sekali kami 'memasak' pada masa itu. Sekarang yang sudah diperbolehkan memakai kompor beneran, malah gak serajin dulu. Ups.

Tapi kalau diingat-ingat, meskipun apinya gak gede, ya tetap saja itu bermain api. Lagi pula kompor kaleng juga kompor yang beneran bisa digunakan untuk memasak sesuatu, setidaknya membuat telur dadar menjadi matang.

Monopoli sebagai pembunuh waktu yang menyenangkan

Bagi saya, monopoli boardgame masih jauh lebih mengasyikkan dibandingkan dengan monopoli yang ada di gawai, meskipun kita harus menyusun perintilan-perintilannya. Pokoknya duduk bersama dan memainkan monopoli itu punya keseruan tersendiri.

Kalaupun mau ditingkatkan sedikit, mungkin dibikin sistem gesek dan kartu saja, biar lebih efisien dalam transaksinya. Tapi ya alat geseknya itu dibuat per orang. Hm, kenapa jadi membahas teknis ini?

Kembali ke monopoli. Bermain monopoli yang seemingly endless ini (membuat salah satu dari saya dan teman-teman menjadi bangkrut membutuhkan waktu yang lama), membuat kita lupa waktu. Tahu-tahu sudah di perujung waktu saja. Saking serunya, bahkan kami pun sampai mencatat aset-aset yang dipunya juga titik tempat berpijak, untuk kemudian dilanjutkan kembali besoknya tanpa perlu mengulang dari awal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline