Lihat ke Halaman Asli

Anas VS Legitimasi SBY 2009-2014

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13894549081116421571

Sumber Gambar:

http://www.rimanews.com/read/20131024/123316/ternyata-perseteruan-anas-vs-sby-itu-laten

Apa sebenarnya yang paling menakutkan dari sosok seorang Anas Urbaningrum (AU) terutama bagi SBY? Apakah karena kicauannya terkait praktik korupsi yang menyerempet Cikeas? Atau sesuatu yang paling dipendam selama ini dan sangat jarang diungkapkan oleh AU sang mantan pejabat KPU?

Melihat dampaknya, kalau terkait praktik korupsi maka konsekwensinya jelas secara hukum dan itupun akan dapat dikondisikan sesuai selera, kalau terkait legitimasi SBY sebagai Presiden terpilih 2009-2014 karena terjadinya kecurangan pada saat Pemilu (2004/2009) maka konsekwensinya tidak saja hukum namun terdapat konsekwensi pengkhianatan terhadap konstitusi.

Pengkhianatan adalah dosa terbesar seorang warga negara terhadap Negaranya dan sejarah, tidak akan cukup dibalas dengan penjara, pengkhianat bahkan dapat dikategorikan jauh lebih buruk dari musuh yang terang-terangan bersebrangan, terlebih tidak saja cukup berkhianat ditambah dengan merampok Negaranya, apa yang dapat anda bayangkan hukuman bagi yang melakukannya?

Melihat kasus yang menimpa AU, sebenarnya tidak juga berlebihan apabila terdapat wacana AU menjadi "tahanan politik", karena kicauan politik darinya dapat menyebabkan terbongkarnya kebohongan terbesar dalam sejarah Indonesia, bahwa Indonesia bisa jadi selama 10 tahun ini dipimpin oleh seorang Presiden dengan legitimasi yang diragukan.

Yang paling saya tunggu adalah pengakuan AU mengenai skandal Pemilu 2009 berikut buktinya, hal ini akan membuat masalah korupsi tenggelam ke dasar dan tsunami politik benar-benar terjadi, semoga diberikan umur panjang dan keberanian dalam mengungkapkannya.

Tambah seru saja nih Indonesia. :-)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline