Diam sama hal mati
Oleh: eltama
Cuaca rasanya tak ramah...
Langit indah kini gundah...
Angin berhembus tak berarah...
Awan bergulungan hitam kadang putih..
Dari kaki gunung hingga sampai lembah...
Terdengar pekik suara suara riuh...
Antara risih beraduh resah juga gelisah..
Sayup bergema silih berganti gaduh... Bahkan amarah..
Tak mampu ku selami logika rumit... Untuk temukan arti..
Kebekuan yang menguat udara malam menembus pori..
Menghanyutkan hitam putih berbaur satu di titik sunyi..
Adakah asa yang mampu mengasuh kerumitan nanti...
Segala asumsi menerobos gelap semburkan opini..
Menghitung angin dan suhu kebekuan jangan sampai tersesat nurani...
Aku hanya bigung melihat bara api perspektif yang menjalar liar..
Namun sanubari ku kendalikan sebab otak ini masih bernalar..
Sekalipun salah dan kebenaran sulit ku dalami...
Dalam pekatnya kabut masih mampu kalbu pahami...
Tapi langkah ini tak untuk terhenti tanpa arti..
Sebab memilih diam sama halnya memilih mati..
Selepas malam akan ada pagi...
Di sana akan ada arti yang menanti..
Songsong fajar yang menyingsing..
Lanjutkan mimpi yang terpasung..
Jangan diam, sebab sama halnya memilih mati
Kalwan, 27/10/2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H