C.C. Berg menyebutkan bahwa kata "santri" berasal dari bahasa Sanskerta, yakni "shastri" yang artinya "orang yang mempelajari kitab-kitab suci agama Hindu". Dalam perkembangannya, kemudian kata "Shastri" diserap dalam bahasa Jawa dan berubah menjadi kata "Santri" dan dikenal sebagai golongan pelajar yang paham mengenai ajaran agama Islam.
Dalam bahasa jawa, kata santri berasal dari "cantrik" yang artinya "Seseorang yang selalu mengikuti gurunya, kemanapun gurunya pergi".
"Santri tetaplah santri tidak ada yang namanya mantan santri walaupun sudah tidak nyantri". Itulah ungkapan yang sering didengar tentang santri.
Dari awal kita mondok, kita sudah disebut santri. Bahkan orang yang tidak mondok sekalipun tetap bisa disebut santri dengan cara dia berakhlak seperti santri dan mengabdi pada seseorang yang telah memberikan ilmu agama serta manfaat bagi kehidupan akhirat mereka.
Saat ini santri tidak bisa dianggap sepele, bahkan seorang santri pun bisa mengabdi pada negeri. Entah menjadi seorang mentri, wakil presiden. Terbukti dengan adanya sosok seorang santri yang berasal dari Tebuireng pernah menduduki kursi jabatan yang tertinggi di negeri ini.
Bisa dilihat dan dipelajari mengapa negara ini membutuhkan seorang santri? Karena santri merupakan orang yang dididik dan belajar tentang agama Islam dan pengetahuan umum. Namun perbedaannya dengan yang lain, para santri memiliki bekal pemahaman ilmu pengetahuan dan akidah yang kuat, sehingga para santri mampu memberikan contoh yang baik serta mengajak orang lain dalam membangun negeri yang baik untuk semua orang.
bisa dilihat seiring perkembangan zaman seorang santri seharusnya mampu dalam mengamalkan dan mengabdi pada negeri ini. Hal itu sudah didasari dengan cara bagaimana seorang santri dari awal ia nyantri sudah diajarkan tentang pengetahuan ilmu yang dalam serta literasi yang luas. Jangan pernah meragukan seorang santri dalam hal ideologi negara, karena demikian sudah dienyam dipondok pesantren tentang bagaimana kita menyikapi "hubbul wathon" yang artinya "Cinta pada tanah air".
Tidak menafikan bahwa negara ini merdeka serta bebas dari penjajahan Belanda merupakan berkat jasa para santri dan jasa-jasa para kyai serta ulama yang telah memberikan semangat tinggi kepada santri-santrinya dalam menjaga keutuhan tanah air negara Indonesia. Jasa para pendahulu tidak bisa digantikan dengan apapun. Maka salah satu bentuk penghargaannya adalah dengan menjaga Indonesia ini sebaik-baiknya.
Penulis: Naila Rofiqol
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H