Lihat ke Halaman Asli

Elshita Indah Cahyani

SMK TELKOM MALANG

Resensi Buku "Ikigai"

Diperbarui: 27 November 2022   09:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebuah Alasan untuk Hidup yang Lebih Berarti

Buku yang berjudul Ikigai ini dirancang untuk membantu semua orang dalam menemukan konsep kebahagiaannya masing masing. Dalam menemukan konsep kebahagiaan tersebut, penulis menggunakan konsep Ikigai yaitu dengan menggali lebih dalam mengenai diri sendiri. Kemudian, konsep Ikigai ini dirumuskan dalam 4 irisan diagram venn yang saling berhubungan, yaitu passion, mission, profession, dan vocation. Jika telah menemukan keempat hal tersebut dan mampu menyelaraskannya, maka konsep Ikigai tersebut telah terrealisasikan.

Buku ini membahas mengenai arti kehidupan dengan Ikigai, karakter-karakter Ikigai, pentingnya work life balance, dan tips meraih Ikigai. Segala hal yang dapat mewujudkan kebahagiaan hidup dengan Ikigai dipaparkan dalam buku ini.

Pada bagian pertama buku ini, penulis memaparkan bahwa sejak kecil manusia sudah dituntun untuk mempunyai goals di masa mendatang. Manusia melihat apa yang dianggap sebagai kesuksesan dari lingkungan terdekat. Definisi sukses dan pencapaian pada setiap generasi pun tidaklah sama, hal tersebut tidak lepas dari karakteristik zaman yang membentuk manusia. Seseorang pada zaman sekarang sering terpaku pada kesuksesan sehingga banyak orang yang terjebak dengan gaya hidup hustle culture. Hustle culture adalah sebuah fenomena dimana seseorang merasa harus bekerja keras untuk meraih kesuksesan dan kesejahteraan hidup. Penulis mengungkapkan, gaya hidup hustle culture dapat merusak keseimbangan kehidupan dan pekerjaan seseorang serta merusak kesehatan mental dan emosional.

Penulis mengungkapkan pada bagian kedua buku ini, mengenai rahasia yang membuat penduduk Okinawa memiliki usia yang relatif panjang, tubuh yang sehat dan hidup lebih bahagia. Yaitu dengan menjaga pola makan, meminum teh hijau, banyak melakukan aktivitas fisik, memiliki tidur yang cukup, berada pada lingkaran pertemanan yang baik, sering tersenyum dan terkoneksi dengan alam.

Dikutip dari The Book of Ikigai yang ditulis oleh Ken Mogi mengenai langkah awal untuk menemukan ikigai, yaitu dengan menemukan nilai-nilai sentimentil dan menemukan hal-hal kecil yang memberikan kesenangan.

Bagian keempat dari buku ini berisi penegasan mengenai pentingnya work life balance. Penulis mengungkapkan bahwa dalam mencapai Ikigai yaitu dengan mensinergikan empat elemen dalam diagram venn yaitu, passion, mission, vocation dan profession. Empat elemen tersebut adalah bentuk ideal menciptakan keseimbangan antara kehidupan dengan pekerjaan atau biasa disebut dengan work life balance.

Selanjutnya penulis mengemukakan bahwa passion adalah sebuah gairah besar untuk melakukan sesuatu yang disukai dan dianggap penting. Passion tidak hanya tentang melakukan sesuatu yang disukai saja, tetapi passion adalah melakukan hal yang dapat menghasilkan sesuatu dari yang disukai.

Disamping itu, Astuti dan Dian juga mengatakan bahwa passion yang ingin dikerjakan haruslah mampu memberikan dampak yang baik bagi orang lain. Atau, sambil menggeluti passion seseorang juga bisa sekaligus memberikan kontribusi untuk orang lain. Ini yang kemudian disebut dengan mission. Sehingga passion dan mission seseorang bisa diselaraskan.

Pada bagian ketujuh ini dijelaskan mengenai cara untuk melejitkan profession. Penulis memaparkan bahwa profession dalam Ikigai adalah ketika seseorang mendapatkan bayaran dari keterampilan atau kebiasaan yang dimiliki. Cara untuk melejitkan profession ialah, seseorang harus bisa mengenali hobinya, mengenali diri sendiri, mencari pengalaman sebanyak mungkin, membuat daftar profesi impian dan menerima kritik & saran.

Selanjutnya penulis memaparkan cara-cara untuk menemukan vocation seseorang. Penulis menjelaskan bahwa vocation adalah ketika seseorang melakukan keterampilan yang bermanfaat bagi banyak orang dan dibayar untuk itu. Diterangkan juga, bahwa seseorang tidak cukup hanya mengandalkan keterampilan dan passion, seseorang harus menyiapkan bahan bakar berupa empati dan antusias terhadap orang lain agar bisa sampai pada vocation. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline