Penerjunan Mahasiswa KKN (Kuliah Kerja Nyata) Back to Village III Universitas Jember telah dilaksanakan pada 12 Agustus 2021 lalu. Mahasiswa secara individu melaksanakan KKN di tempat yang mereka pilih masing-masing. Sistem yang dibuat tersebut merupakan sebuah bentuk pengambilan sikap dan sebuah terobosan baru di masa pandemi Covid-19. Beberapa aspek lumpuh akibat Pandemi Covid-19 sehingga kegiatan KKN tersebut berupaya semaksimal mungkin memberdayakan masyarakat untuk bangkit baik dalam segi ekonomi maupun pendidikan. KKN BTV III UNEJ ini memiliki beberapa pilihan tema yang khusus, sehingga mahasiswa dapat memilih salah satu tema tersebut untuk ranah pengabdian masyarakat yang akan mereka laksanakan. Ada lima tema yang menjadi pilihan, salah satunya "Program Literasi Desa Terdampak Pandemi Covid-19". Pelaksana mengambil tema tersebut dengan menitikberatkan sasarannya pada anak-anak sekolah yang mana kini tengah mengalami masa yang kritis akibat pembelajaran daring.
Gadget kini menjadi alat yang penting dalam penerimaan pembelajaran sekolah, pun minat anak-anak dalam membaca semakin turun dan rasa ketergantungan terhadap gadget membuat mereka mengesampingkan manfaat gadget itu sendiri yang mulanya untuk pembelajaran menjadi alat hiburan saja berupa gim online. Menurut UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. Melihat angka yang memprihatikan tersebut terlebih di masa yang rentan dengan degredasi nilai-nilai sosial, pelaksana berusaha menciptakan sebuah rencana pemberdayaan meliputi inovasi dalam penanaman minat literasi anak-anak. Melalui variasi bentuk kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan gadget sehingga anak-anak mampu menggunakan gadget dengan bijak sejak dini.
Pelaksana melaksanakan KKN di Kelurahan Sumbersari, pusatnya di Lingkungan Pelindu Jalan Semeru nomor 69 RW 05 Kelurahan Sumbersari. Sebelum melaksanakan serangkaian kegiatan yang disusun berdasarkan roadmap dan canvas pelaksana melaksanakan kegiatan sosialisasi dan sowan ke RT, RW, serta warga di lingkungan pelindu tersebut sebagai bentuk pengenalan terhadap apa yang akan pelaksana lakukan. Hal itu dilaksanakan pelaksana dengan tetap menjunjung norma kesopanan. Pelaksana menemukan banyak hal-hal yang mana bisa digunakan sebagai pandangan untuk menentukan langkah eksekusi terhadap program kerja yang dicanangkan.
"Sekarang sekolah serba pakai hape, Mbak. Tapi yang repot tetap ibunya. Anaknya main hape permainan, ibunya yang ikut sekolah." Ujar Lulik (47 tahun) ketua jema'ah muslimat RW 05 Sumbersari.
Keresahan yang ada memberikan bermacam-macam strategi untuk membuat anak-anak tertarik untuk membaca. Namun, titik tekannya bukan pada membaca saja namun juga sejauh mana anak-anak mampu menangkap nilai-nilai positif dari tiap bacaan yang mereka baca. Bacaan yang diberikan pelaksana berupa cerita pendek, fabel, yang mana berasal dari Indonesia. Sehingga nilai budayanya juga tetap ada, anak-anak juga bisa melek terhadap budaya yang ada di Indonesia. Pelaksana menemui banyak anak yang belum bisa membaca, sebagai awal penanaman literasi anak, pelaksana membaca cerita secara interaktif lalu muncul rasa keingintahuan terhadap bacaan yang tengah pelaksana berikan pada anak-anak. Hal itu merupakan bentuk ajakan agar minat anak-anak terhadap literasi dapat ditingkatkan.
Pelaksana melaksanakan pertemuan sebanyak tiga kali dalam seminggu dengan anak-anak. Pertemuan pertama digunakan untuk pengenalan terhadap literasi sebagai acuan untuk mengukur sejauh mana minat anak-anak dalam membaca, dilanjutkan dengan permainan kecil-kecilan supaya anak-anak mampu mengikuti tiap program kerja yang dilaksanakan pelaksana dengan semangat. Pelaksana memberikan semacam cerita-cerita kecil dengan memberikan nilai-nilai sosial di dalamnya, seperti peduli lingkungan, menghormati pendapat, dan bertindak terpuji. Pelaksana juga memberikan semacam pengingat mengenai apa itu Pancasila dan memberikan cerminan nilai-nilai yang terkandung dalam tiap sila.