Suatu sore saya berbincang dengan kawan kampus tentang seorang yang telah sakit dalam arti ( hatinya sakit ) karena di tinggal kekasih atau semacamnya. Teman saya ini adalah perempuan, yang di curhatin adalah seorang laki - laki yang ( hatinya sakit ) ini yang dia suka, mungkin karena tahap pedekate jadi mereka berbincang tentang kehidupan mereka sekaligus menceritakan pengalaman masa lalu.
Suasana saya saat itu biasa saja, tidak lagi sedih, tidak senang juga. Biasa - biasa saja, tetapi cukup baiklah jika ada teman yang curhat untuk di beri masukan. Pada saat itu saya menelponnya, karena sedang sendirian berada di rumah. Layaknya teman percakapan itu biasa saja, dan pada suatu ketika teman saya bercerita bahwa teman lelakinya yang sedang ( pedekate ) sama dia hatinya sakit karena pernah di tinggal kekasih, dan katanya masih sakit hingga saat ini.
Jujur respon saya saat itu " Bodo amat " dan responsif mulut saya berkata " JIJK " dan seketika telepon itu di tutup. Oke fix sekarang saya punya masalah dengan kawan akrab saya. Perihal ini saya salah karena tidak peduli dengan apa yang di rasakan, karena ini bukan tentang teman saya kan ? curhatan ini pun tentang orang yang saya gak kenal. Wajar dong saya gak peduli dan bodo amat, tapi karena teman saya suka sama dia. Saya jadi salah.
Karena telepon saya di matikan. Diri saya ini seakan jatuh dengan topik patah hati (karena di tinggal sang kekasih ). Bukankah teramat sederhana karena patah hati yang disebabkan oleh lawan jenis ?
Sebenarnya, curhat dikit.
Saya tidak pernah mengalami yang namanya patah hati karena lawan jenis. Karena saya bisa menanggulangi rasa sakit yang teramat remeh tersebut. Patah Hati ada karena terlalu banyak cinta yang di beri, sedangkan saya biasa saja dalam menanggapi sakitnya hati. Toh bukankah cara mengobati hati yang terluka adalah dengan jatuh cinta lagi ?
Jadi saya pikir, saat kita patah hati. hati kita dapat bertumbuh lebih kuat dan kita dapat mencari tambatan hati yang baru.
Inilah mengapa patah hati semacam remeh untuk saya. Saat patah hati, kita bisa mencari yang baru terus menerus. Saat terluka, kita bisa sembuh karena banyaknya keluarga yang peduli, teman yang menghibur bahkan lelaki lain yang datang untuk menemani. Setelah itu akan ada jatuh cinta, dan jatuh cinta lain untuk orang yang berbeda.
Karena kita bisa berganti - ganti pasangan sesuka hati kita. Kalau sakit hati ya move on, tapi ada banyak di luar sana yang patah hati karena keluarga yang mereka miliki, namun bukankah kita tidak akan bisa mengganti keluarga yang kita miliki ? Sebrengsek apapun mereka. Beruntung tidak beruntungnya mereka, suka atau tidak sukanya mereka ?
Sebaliknya, saat saya melihat teman saya yang patah hati karena lingkungan masa kecilnya. Saya sangat teramat serius membahas ini. Ini adalah salah satu patah hati hebat yang di miliki oleh beberapa kawan saya. Coba lihat mereka di Panti Asuhan, di jalanan karena di suruh mengemis oleh orangtuanya, berjualan makanan karena tulang punggung keluarga yang seharusnya mereka dapat sekolah.Dan seseorang yang terus menerus meminum obat selective serotonin reuptake inhibitors yang dimana obat tersebut adalah antidepresan, serta suntikan penenang untuk beberapa orang yang saya kenal. Bukankah kasus patah hati oleh lingkungan teramat sakit sekali dibandingkan dengan patah hati yang remeh semacam di tinggal kekasih yang masih pacaran.
Karena ini tentang cinta, saya punya beberapa teman yang sudah menikah. Kebanyakan dari mereka menikah muda, awalnya saya tak setuju dengan itu, tapi karena saya bukan siapa - siapa, jadi saya tak bisa melarang mereka untuk melakukannya.