Lihat ke Halaman Asli

Elsa Valent

Bukankah tulisan begitu menarik?

Dioksin dan Misteri Kiriman Sampah Plastik dari Luar Negeri

Diperbarui: 20 November 2019   21:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

image source: greenpeace.org

Portal berita online belakangan sedang ramai mengangkat kasus dioksin, salah satu jenis racun. Dan yang membuat resah masyarakat adalah temuan dioksin pada panganan yang ramai dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.

Dioksin merupakan jenis senyawa kimia berbahaya yang terbentuk dari proses pembakaran sampah plastik. Kebanyakan berasal dari pembakaran sampah plastik yang berasal dari negara-negara maju di belahan dunia Barat.

Produksi tahu dan kerupuk di desa-desa juga menyumbangkan paparan dioksin pada bahan . Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), menyampaikan bahwa paparan dioksin dalam jangka waktu yang panjang dapat memberi dampak buruk pada kesehatan reproduksi, sistem imun, hingga menyebabkan kanker.

Data BPSI pada tahun 2018 memperlihatkan bahwa Indonesia menerima kiriman sampah plastik rata-rata hingga 283.000 ton  yang berasal dari luar negeri. Mengapa Indonesia harus menerima kiriman sampah tersebut? 

Apakah negara ini sudah seperti TPA? Australia, Kanada, Amerika Serikat, Inggris, Italia dan Selandia Baru adalah negara-negara yang bertanggung jawab mengirim sampah plastik ke Indonesia.

Daerah di Indonesia yang menjadi tempat penampungan sampah plastik yang jumlahnya sangat besar tersebut alhasil kadang memanfaatkan limbah tersebut dalam beberapa produksi, seperti produksi pabrik-pabrik tahu dan kerupuk. Dua desa yang menjadi tujuan sampah plastik kiriman tersebut adalah desan Bangun dan desa Tropodo yang berada di Jawa Timur.

Tak hanya dipakai sebagai bahan bakar produksi pabrik, sampah-sampah plastik ini juga dikonsumsi oleh ternak-ternak warga, yakni sapi. Bukan tidak mungkin bagian-bagian pada sapi terkontaminasi dan menyimpah racun dioksin di bagian lemaknya. Warga desa yang dulunya merupakan petani padi berlaih menjadi petani plastik. Ya, petani plastik. Tugas mereka adalah memilah-milah sampah plastik. 

Sampah plastik yang masih bagus dijual oleh petani plastik ke pabrik plastik, sedangkan yang sudah tidak layak jual akan dijadikan bahan bakar untuk produksi tahu dan kerupuk. Sekali lagi, bahan makanan menjadi terkontaminasi senyawa berbahaya dioksin.  

Tak hanya bahan makanan saja yang terkontaminasi, kesehatan organ pernafasan dan mata pun tentu ikut menerima dampak buruk dari asap pembakaran. 

Pakar lingkungan dan peneliti dari Nexus3 Foundation, Yuyun Ismawati menemukan bahwa gangguan pernafasan adalah masalah utama yang menimpa warga di kedua desa ini. Sisa dari pembakaran juga dapat mencemari air.

Pemerintah Indonesia harus segera tanggap dengan masalah besar kesehatan ini. Kebijakan dalam menerima kiriman sampah dari luar negeri ini masih menjadi pertanyaan besar bersama, untuk apa? Bukankah dampak buruknya sangat besar bagi Indonesia secara luas.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline