Lihat ke Halaman Asli

Elsa Niawati

Mahasiswi

Komunikasi Keluarga untuk Mental Generasi Z

Diperbarui: 17 Desember 2023   12:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


Ada banyak cara untuk keluarga mengekspresikan dan mengkomunikasikan sesuatu, yang dapat membentuk kesehatan atau justru kesakitan pada anak. Dalam keluarga, kurangnya komunikasi menciptakan kesunyian emosional. Setiap anggota keluarga hidup dalam isolasi emosional, tanpa ruang bagi pembicaraan terbuka. Akibatnya, beban mental tumbuh di setiap sudut rumah, menyisakan kesehatan mental yang rapuh dan terabaikan bagi anak terutama pada Gen Z.


Komunikasi antara orang tua dan anak menjadi Penentu kenyamanan dalam Sebuah keluarga. Jika tidak dirawat, komunikasi antara orang tua dan anak akan berujung pada suasana keluarga yang saling asing dan tidak menyenangkan. Dikutip dari Kompas yang ditulis oleh Ericha fernanda (2022), menyebutkan bahwa ada beberapa efek negatif dari kurangnya komunikasi keluarga berpengaruh terhadap mental anak. Diantaranya adalah tidak adanya rasa saling percaya, berbicara saat butuh saja, merusak secara emosional, kedekatan antara keduanya tidak lagi di prioritaskan. Dengan begitu ketika anak beranjak remaja. Mereka akan lebih sering membantah karena komunikasi yang salah dibangun oleh kedua orang tuanya. [eksposisi]

Dikutip dari Jurnal Pola komunikasi keluarga dalam Membentuk Kesehatan Mental Gen Z di masa pandemi Covid-19 Yang ditulis oleh Tiara Azzani (2023), Indonesia memiliki prevalensi orang dengan kesehatan mental yang terganggu sekitar 75% populasi di Indonesia mempunyai potensi gangguan kesehatan mental. Secara keseluruhan mengalami kesehatan mental yang terganggu. Kesehatan mental yang dipengaruhi oleh faktor internal sangat memengaruhi kesehatan mental seseorang karna faktor tersebut timbul dari dalam keluarga itu sendiri. Faktor eksternal yaitu kondisi dimana kesehatan mental disebabkan dari luar lingkup keluarga, contohnya seperti cyber bullying dan terputusnya hubungan.

Untuk mengatasi kurangnya komunikasi dalam keluarga, penting untuk memprioritaskan waktu untuk berbicara dan mendengarkan satu sama lain. Membangun kepercayaan dan menciptakan lingkungan yang aman untuk saling berbagi. Komunikasi yang efektif dapat membantu memperbaiki komunikasi dalam keluarga dan dapat mempererat hubungan.  Mari kita buat tradisi baru di keluarga untuk saling meluangkan waktu satu sama lain, demi mental anak yang stabil. Momen ini bisa menjadi cara kita mempererat hubungan keluarga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline