Thawaf
Ku berkeliling mengitari Rumah Agung Mu
Diringi puja-puji yang tertinggi bagi Mu
Penuh untzun do'a berharap maghfiroh Mu
Dengan khusu kulafalkan kalimah thoyibah Mu
Tak bisa dan tak kuasa menahan derai air
mata Meratapi hidup bergelimang salah dan dosa
Yaa Allah yaa Robb yang Maha pemaaf dosa
Maafkanlah segala salah dan dosa hamba
(Mekah, 29 Januari 2019)
Dalam gelaran waktu yang abadi, suara langkah-langkahku melangkah perlahan mengelilingi Rumah Agung-Mu. Dalam detik-detik tersebut, puja-puji yang tertinggi terucap dari hatiku, menyentuh puncak rasa kagum pada-Mu. Sungguh, sebuah keagungan yang tidak terlukiskan dengan kata-kata biasa.
Dalam penuh kerendahan hati, do'a-do'a bermohonan maghfiroh-Mu terucap penuh harap. Pada setiap langkah, detak jantungku seolah menggema merdu menyampaikan pengabdian kepada Sang Pencipta. Dengan khidmat, kufalalkan kalimah thoyibah-Mu, sebagai bentuk syukur dan penghormatan pada-Nya.
Namun, tak lantas kehidupan ini terjauh dari salah dan dosa. Derai air mata tak terbendung, sebagai penanda bahwa hidup ini begitu rapuh, penuh kesalahan, dan tumpah ruah dosa. Dalam pekatnya kegelapan itu, suara-suara kerinduan terpancar dalam do'a yang penuh ketulusan.
"Yaa Allah, yaa Robb yang Maha Pemaaf dosa, maafkanlah segala salah dan dosa hamba," seru hati dengan kerendahan. Tidak terhitung dosa yang melingkari, namun harapan akan ampunan-Nya tak pernah pudar. Dalam pasrah dan ikhlas, hamba berharap diri ini bisa menjadi saksi kemurahan-Mu.
Dalam pusaran emosi itu, tak bisa dipungkiri bahwa proses Thawaf ini bukan hanya sebagai ritual fisik semata, melainkan sebagai refleksi spiritual yang mendalam. Ia adalah ajang merenung, bertobat, dan memohon ampun di hadapan Sang Pencipta.