haloo, Aku Andandita Jihan Reswati, keluargaku dan teman - teman biasa memanggilku Dita.
Aku adalah mahasiswa aktif semester 2 di Universitas Bangsa. Usiaku sekarang menginjak 19 tahun, Aku adalah anak tunggal ,ayahku sudah meninggal dan kini aku tinggal bersama ibu dan anakku. ya anakku, diusia ku yang menginjak 19 tahun ini,aku sudah memiliki satu anak laki laki berusia 2 tahun yang amat sangat menggemaskan bernama Azriel putra Risnanda. Aku ingin sedikit bercerita tentang masa kelamku yang menakutkan tetapi tidak menyurutkanku untuk bangkit.
Semua bermula ketika aku duduk di bangku SMA kelas 11, Aku sebelumnya memang sudah mempunyai pacar, dia bernama Rifai, dia adalah anak dari kepala sekolah. Aku dan Rifai sudah menjalin asmara sejak kelas 10. Awalnya kita adalah pasangan muda yang amat sangat bahagia. Rifai sering berkunjung kerumahku, entah untuk mengerjakan tugas bersama, atau hanya sekedar bermain. Ibuku dan Rifai sudah akrab,begitupun aku dengan keluarga rifai. Kita suka pergi keluar kota untuk berlibur bersama dan menghabiskan waktu bersama.
Aku sangat mencintai Rifai, sampai sampai aku gila karena sudah mengorbankan keperawananku agar Rifai tidak pergi dariku. Aku dan Rifai senang melakukan perzinaan itu dengan dalih kita sama sama saling cinta. hingga pada suatu ketika Aku merasa ada yang aneh pada diriku, aku sudah 3 bulan tidak datang bulan, perutku pun ketika pagi suka merasakan mual. Aku pikir memang haidku yang tidak teratur, dan aku masuk angin. tetapi aku salah, ternyata aku tengah mengandung anak dari Rifai.
Aku panik, aku menyesal, dunia remajaku serasa sia-sia. Aku dan Rifai mencoba berbagai cara untuk menggugurkan kandungan ini,tetapi tidak ada yang berhasil. Sampai dimana aku berada di titik lelahku. Aku mencoba berani untuk berterus terang kepada ibuku. Ibuku shock, beliau hanya bisa menangis dan menyalahkan dirinya sendiri. disini aku merasa menjadi anak yang paling durhaka karna sudah melukai hati orang tua yang sudah susah payah membesarkanku.
lalu aku dan ibuku mendatangi keluarga Rifai, untuk meminta pertanggung jawaban atas apa yang sudah diperbuat anaknya. Dan ketika aku dan ibuku datang meminta pertanggung jawaban, dengan PD nya keluarga rifai meminta aku untuk pergi dan menjauhi rifai. Aku sedih,kesal, marah. karna bukan cuma aku yang harus bertaggung jawab,tetapi Rifai juga.
Dengan perasaan kesal dan sedih akhirnya aku dan ibuku pergi dari rumah Rifai. terdengar kabar bahwa rifai dan keluarganya pindah ke luar kota . Disini aku benar-benar hancur, aku merasa tidak sanggup untuk menjalani semua sendiri tanpa Rifai. Hingga pada saat hari dimana anak aku da rifai lahir, dia dan keluarganya sama sekali tidak menengok.
2 tahun berjalan, aku mulai melanjutkan sekolahku dengan mengejar paket c dan berkuliah, karna melihat aku sarjana adalah cita-cita kedua orang tuaku, aku tidak mau meremehkan pendidikanku,karna pendidikan itu penting bagiku dan bagi masa depan anakku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H