Lihat ke Halaman Asli

Elsa Alifia

Mahasiswa 2020

Tren Houseplant, Hobi Baru di Tengah Pandemi

Diperbarui: 18 November 2020   20:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber m.medcom.id

Pandemi Covid-19 kini sedang mengepung masyarakat di seluruh dunia. Data yang tercatat sampai saat ini, terdapat 189 negara yang terkonfirmasi positif Covid-19. Virus ini tercatat pertama kali di kota Wuhan, China. Pada awalnya, pihak World Health Organization (WHO) mendapatkan informasi atas penemuan penyakit baru sejenis pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya. Penyakit ini menginfeksi saluran pernapasan, terutama paru-paru.  Beberapa laman jurnal medis di China mencatat berbagai tanggal kemunculan Covid-19. Ada yang menyebutkan Covid-19 pertama kali muncul pada 8 Desember 2019, 16 Desember 2019 bahkan 1 Desember 2019. Informasi mengenai awal mula kemunculan Covid-19 ini masih menjadi kontroversi.

Covid-19 menyebar dengan cepat hingga pada akhir Januari 2020, lembaga kesehatan dunia mengumumkan darurat kesehatan global. Beberapa waktu kemudian, WHO kembali mengumumkan nama virus baru ini dengan sebutan “Covid-19”. Virus Covid-19 yang semula hanya sebagai wabah, kemudian berubah menjadi epidemi. Akibat penyebarannya yang begitu cepat dan makin luas epidemi Covid-19 ini naik status menjadi sebuah pendemi yang menjangkit beberapa negara di dunia.

Covid-19 diduga menyebar dengan cepat melalui percikan pernapasan (droplet) yang keluar ketika seseorang batuk atau bersin. Selain itu, virus ini juga dapat menyebar akibat menyentuh permukaan benda yang terkontaminasi dan kemudian menyentuh wajah. Periode waktu munculnya gejala Covid-19 ini biasanya sekitar dua hingga empat belas hari setelah terpaparnya virus. Gejala umum yang muncul yaitu demam, batuk, dan sesak napas. Virus ini dapat menyebabkan komplikasi berupa pneumonia dan gangguan pernapasan akut.

Penyebaran Covid-19 yang tergolong cepat ini menjadi tantangan baru untuk dapat dicegah dan ditangani dengan baik. Beberapa negara berusaha menerapkan strategi pencegahan dan penanganan yang dianggap paling efektif di negaranya. Misalnya, China yang menerapkan lockdown untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.  Jepang dengan menutup sekolah-sekolah yang dianggap dapat menjadi pusat penyebaran Covid-19. Korea Selatan dengan melakukan tes Covid-19 dengan cepat dan dalam jumlah besar, mengadakan rumah sakit berjalan serta pembatasan jam malam. Eropa dengan lockdown nasional, menutup fasilitas umum dan pembatasan perjalanan. Dan Indonesia dengan mengedukasikan protokol kesehatan, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan menutup fasilitas umum.

Pandemi Covid-19 secara dramatis mengubah cara hidup jutaan manusia di dunia. Sejak diberlakukannya PSBB di Indonesia, aktivitas masyarakat menjadi terbatas. Sekolah, perkantoran, pusat perbelanjaan, bandara, tempat wisata bahkan tempat ibadah pun ditutup sejak saat itu. Semua aktivitas dilakukan sebisa mungkin tanpa keluar rumah. Akibatnya, semua orang merasa dirinya dikurung sampai waktu yang tidak diketahui. Rasa bosan, cemas, gelisah, dan stres yang selalu berputar mengelilingi benak setiap orang. Oleh karena itu, kesehatan mental juga harus dijaga agar daya tahan tubuh menjadi kuat.

Tidak ada seorang pun yang dapat meramal kapan pandemi ini akan berakhir. Oleh karena itu, jangan habiskan waktu untuk berpikir hal-hal negatif. Ada beragam cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisir rasa bosan dan mengalihkan fokus kita dari bayang-bayang Covid-19 meskipun tetap di rumah saja. Hal itu misalnya berolahraga, mengembangkan hobi lama seperti memasak, menyulam, dan bercocok tanam, dan kegiatan produktif lainnya. Semua aktivitas itu dapat dilakukan di rumah dan dapat mengurangi rasa tertekan berada di tengah pandemi Covid-19.

Saat ini, bercocok tanam adalah hobi yang kembali populer di tengah pandemi. Banyak orang menganggap bercocok tanam dapat mengisi waktu agar tetap produktif dan tidak membosankan. Terlebih lagi, di masa pandemi ini tingkat stres lebih mudah meningkat akibat hal-hal yang tertunda. Dengan bercocok tanam, penglihatan akan teralihkan dengan pandangan yang bernuansa hijau dan sejuk. Hal ini yang membuat bercocok tanam menjadi tren kembali di tengah pandemi.

Tren houseplant atau menanam dalam ruangan saat ini sedang digandrungi banyak orang. Houseplant menjadi primadona lantaran perawatannya yang terbilang cukup mudah. Jenis tanaman yang biasanya diincar adalah tanaman hias yang dapat tumbuh dengan baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Perawatannya pun hanya dengan menyiram sebanyak tiga hari sekali dan menjemurnya di bawah sinar matahari seminggu sekali. Ukuran tanaman hias yang minimalis dapat memperindah ruangan tetapi tidak memakan banyak tempat. Tanaman hias yang paling diminati saat ini antara lain sukulen, Monstera deliciosa (janda bolong), Sansevieria (lidah mertua), Aglaonema (sri rejeki), Philodendron, sirih gading, gelombang cinta, dan masih banyak lagi.

Tren houseplant juga diminati oleh beberapa artis tanah air, misalnya Yuni Shara, Titi Kamal, Ashanty, Soimah, Sarita Abdul Mukti, Tya Ariestya, Angela Gilsha, dan masih banyak lagi. Dari kanal YouTube milik Titi Kamal, ia bercerita tentang awal mula ia tertarik dengan tanaman hias. Ia bercerita bahwa awal pandemilah yang membuatnya bingung harus berbuat apa selama di rumah. Akhirnya ia pun memeriksa sekitar, termasuk rumah yang ia huni saat ini. Ia pun mulai tertarik untuk memiliki bunga-bungaan sebagai pemanis rumahnya, seperti Bougenville dan Lotus. Ketertarikan kini terus merambat, hingga kini ia mempunyai berbagai macam tanaman hias, bahkan yang sedang menjadi primadona saat ini, seperti Monstera deliciosa, Philodendron, sirih gading, Aglaonema, Sanseviera dan kaktus. Titi Kamal juga menambahkan bercocok tanam ini membuat rumahnya terasa lebih sejuk dan kaya akan oksigen. Selain itu, ia juga kerap kali merasa bahagia jika tanaman yang ia rawat mempunyai tunas baru.

Bercocok tanam memiliki banyak sekali manfaat di tengah pandemi seperti ini. Selain untuk mengisi waktu luang menjadi produktif, bercocok tanam juga dapat menghilangkan tingkat kecemasan dan depresi seseorang. Hal ini terjadi karena bercocok tanam dapat mengalihkan fokus kita dari cemas akan bahaya Covid-19 yang mematikan. Bercocok tanam juga dapat meningkatkan suasana hati karena umumnya manusia akan merasa lebih bahagia ketika berada di lingkungan yang memiliki banyak tumbuhan. Selain itu, tanaman-tanaman itu juga memiliki nilai estetika dan dapat menciptakan kesejukan di dalam rumah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline