Delapan Agustus 2020 sekitar jam sembilan pagi, ketika matahari menyingsing dengan aura hangatnya dan burung-burung berterbangan dibawah langit biru saya mendengar kabar bahwa bapak telah berpulang. Seketika saya merasa semesta menghimpit saya, langit runtuh, tanah amblas dan matahari mendekat. Saya merasa kiamat didalam jiwa dan raga saya.
Sekarang tanggal 11 Desember 2021, sudah satu tahun lebih bapak berpulang. Tapi sampai saat ini saya masih tidak baik-baik saja!. Masih ada luka yang tak kasat mata , yang kadang-kadang dalam keheningan atau disetiap perjalanan panjang ketika saya menyusuri jalan ketika bepergian bayang-bayang Bapak masih dipelupuk mata.Tuhan Saya rindu Bapak !!
Pada tanggal 4 Desember 2021 ketika saya pulang dari perjalanan jauh, sampai dirumah jam 12 malam diiringi gerimis. Setelah turun dari mobil travel sambil menggeret koper dan tas kecil menuju rumah, dibawah gerimis dan dinginnya malam kaki saya terhenti, mata saya memanas . Saya teringat dulu ketika saya pulang dari luar kota entah karena liburan akhir semester atau pulang karena hari raya idul fitri bapak selalu setia menunggu saya di tepi jalan. Menunggu saya sampai larut malam, ketika saya turun dari mobil ia segera mengambil koper, tas dan rente-tan bawaan saya lainnya. Tapi dimalam tanggal 4 desember 2021 tidak ada lagi yang membawakan koper saya, tidak ada lagi yang menunggu saya ditepi jalan !!. Kapan luka ini akan sembuh saya tidak pernah tau, sampai saat ini saya masih tidak baik-baik saja. Luka karena kepergian Bapak masih ada meskipun sekuat tenaga saya balut agar tidak kelihatan !!.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H