Lihat ke Halaman Asli

Elsa FitriAna

staff pengajar pada Universitas Negeri Jakarta

Manfaat Puasa terhadap Kesehatan Reproduksi Wanita

Diperbarui: 11 April 2023   10:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Masalah reproduksi saat ini sudah menjadi masalah umum bagi wanita pada seluruh lapisan usia. Berbagai macam keluhan muncul terkait reproduksi. Ada pun penyebabnya bermacam-macam reproduksi, antara lain infeksi, genetik, gaya hidup, dan lain sebagainya. Penyakit infeksi pada organ reproduksi dapat berupa HIV-AIDS, gonorhea, Hepatitis B, dan siphilis. Sedangkan masalah yang muncul karena faktor genetik dapat berupa infertilitas, kanker payudara, dan kista ovarium. Selain itu ketidakseimbangan hormon pada wanita juga menjadi salah satu penyebab yang banyak ditemukan pada masalah reproduksi. Berbagai terapi dapat dilakukan untuk menghadapi kondisi tersebut, salah satu yang dapat dilakukan ada puasa.

Puasa adalah salah satu ibadah yang banyak dilakukan oleh berbagai agama. Puasa secara umum diartikan sebagai menahan haus dan lapar dalam kurun waktu tertentu. Agama Islam mewajibkan umatnya untuk berpuasa pada bulan Ramadhan selama 1 bulan penuh. Selain itu ada juga puasa yang dianjurkan (sunnah) pada beberapa kesempatan, seperti puasa senin-kamis, puasa daud, dan puasa Syawal. Sedangkan agama kristen mengenal beberapa jenis puasa yaitu puasa mutlak, puasa normal, dan puasa sebagian. Puasa memiliki banyak manfaat terhadap tubuh seperti menstabilkan gula darah, sebagai salah satu program diet, dan mengobati berbagai penyakit termasuk menurunkan kadar hormon dalam tubuh.

Hormon merupakan salah satu faktor utama dalam kesehatan reproduksi. Pada artikel yang diterbitkan oleh jurnal Nutrients (2022) dengan judul Effect of Intermittent Fasting on Reproductive Hormone Levels in Females and Males: A Review of Human Trials menyebutkan bahwa puasa berpengaruh terhadap kadar hormon pada pria dan wanita. Hormon yang penting dalam proses reproduksi wanita antara lain estrogen, progesteron, prolaktin, dan oksitosin.

Estrogen bekerja pada pembentukan dan menjaga jaringan organ reproduksi dan siklus menstruasi. Kadar estrogen ditemukan lebih tinggi pada wanita dengan obesitas dan overweight dibandingkan dengan wanita dengan berat badan normal. peningkatan kadar estrogen juga ditemukan pada wanita dengan PCOS yang mengkonsumsi makan malam dibandingkan yang memilih untuk makan pagi. Padahal tingginya kadar estrogen dan androgen pada wanita merupakan penyebab utama anovulasi pada pasien PCOS. Sehingga disarankan untuk mengganti diet kalori dengan konsumsi kalori di pagi hari untuk mencegah peningkatan kadar estrogen.

Disamping hormon estrogen, peningkatan hormon androgen juga berpengaruh terhadap gangguan pada siklus menstruasi. hormon androgen pada wanita berupa testosteron dan androstenedione. Pada artikel tersebut menjabarkan bahwa puasa dapat menurunkan kadar testosteron dan androstenedion.

Selain pada wanita dengan PCOS, puasa juga memiliki dampak positif terhadap penurunan hormon androgen pada wanita dengan obesitas. Terapi untuk menurunkan hormon androgen pada wanita dengan PCOS yang ditandai dengan hiperandogen atau kelebihan produksi hormon androgen dapat dilakukan dengan puasa. Terapi ini juga dianjukan untuk wanita dengan premenopouse.

Berbeda dengan hormon prolaktin dimana hormon ini berfungsi untuk produksi ASI. puasa sendiri tidak mempengaruhi produksi prolaktin, hal ini menegaskan bahwa ibu menyusui diperbolehkan untuk berpuasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline