Lihat ke Halaman Asli

Kisah Seorang Guru...

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Berhubungan dengan sedekah, saya ingin membagi pengalaman “nikmatnya bersedekah” yag dialami guru saya. Kisah ini benar terjadi, orang yang mengalami peristiwa ini masih hidup sampai hari ini.

Pada suatu ketika, guru saya itu sedang terlilit masalah hutang. Sekedar mengingatkan, beliau memiliki hutang bukan karena kelalaian ataupun urusan pribadi semata. Katakanlah, beliau terlibat masalah hutang demi kebaikan.

Singkat cerita, karena nominal yang sangat besar (200 juta), guru saya itu agak kesulitan mencari uang untuk menggantinya. Pada suatu siang, sepulang beliau beraktivitas, beliau didatangi oleh seorang penemis tua renta.

Pengemis tua itu datang dengan berucap salam dan guru saya pun menyahut sambil menghampirinya. Niat guru saya adalah memberinya sedekah dengan nominal yang seadanya. Namun dengan wajah memelas, pengemis tua itu berkata kepada guru saya, bahwa ia sangat lapar. Ia meminta makanan kepada guru saya.

Padahal, kebetulan pada waktu itu guru saya baru saja pulang, juga sangat lapar dan sudah siap menyantap makanan yang sudah ia siapkan untuk dirinya. Yang ironis adalah makanan yang ada Cuma sekadarnya dan hanya sedikit alias hanya cukup untuk 1 orang.

Sejenak guru saya itu merasakan dilema. Padahal baru saja pulang dan merasa lapar. Bila ia memberikan makanan kepada pengemis tua itu, otomatis tidak ada bagian untuknya. Karena pada saat itu, kondisinya sangat sulit bagi guru saya untuk membeli makanan. Karena merasa kasihan, akhirnya ia memberikan makanan miliknya kepada pengemis itu.

Setelah mempersilahkan ia masuk dan duduk di bangku teras depan, guru saya memberikan makan, minum, juga sebuah mangkuk untuk mencuci tangan. Si pengemis dengan lahap menyantap mkanan, lalu guru saya masuk ke dalam.

Beberapa menit guru saya di dalam rumah menunggu si pengemis, ia sempat mengintip melelui pintu. Terlihat si pengemis, masih asyik menyantap makanan. Anehnya, si pengemis makan dengan lahap, namun tidak selesai – selesai. Beberapa kali guru saya mengintip ke depan, ia masih asyik duduk menyantap makanan. Setelah beberapa menit guru saya menunggu di dalam, tiba – tiba ia merasa keanehan. Keadaan mendadak sepi. Kemudian memutuskan keluar untuk melihat pengemis tua itu. Tetapi pengemis tua itu sudah tidak ada di sana. Yang terlihat hanya piring yang ditutup Koran dan ditumpuk dengan mangkuk cucian tangan.

Guru saya terdiam sejenak, sambil memikirkan kapan si pengemis tua itu pergi? Ia pun bergegas mengambil piring bekas makan pengemis tua itu. Di sinilah keajaiban terjadi, di dalam piring itu ia menemukan beberapa gepok uang 100.000 an.

Guru saya sempat terpaku dan bingung. Ada apa dan kenapa? Dalam benaknya bertanya, siapa pengemis tua itu? Apakah uang ini untuknya? Apakah ini cobaan atau sebuah jawaban? Apakah saya berhak atas uang ini?

Guru saya menghitung jumlah uang itu. Totalnya 70 juta rupiah dan ia sempat menyimpan uang itu beberapa waktu. Setelah bertukar pikiran dengan teman dan kerabatnya, semua berpendapat kejadian itu adalah pertolongan dari allah swt, yang mana ia dimudahkan akan masalah hutang yang membelitnya.

Wallahu a’lam, kejadianini benar – benar terjadi. Semoga menjadi pelajaran dan dapat diambil hikmahnya bagi kita semua (dikisahkan oleh Fay Basayev).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline