Hari-hari penting pertama dalam upaya mencari Malaysia Airlines MH370 ternyata telah disia-siakan, karena pemerintah Malaysia pada awalnya menolak bukti dari perusahaan satelit Inggris Inmarsat bahwa pesawat itu ada di Samudera Hindia selatan.
Seperti yang dilansir au.news.yahoo.com, seorang sumber Inggris mengatakan kepada The West Australian bahwa dalam waktu 24 jam setelah hilang tanggal 8 Maret, Inmarsat telah menyarankan kepada pemerintah Malaysia temuan mereka, tetapi ditolak. "Mereka tidak mau tahu," kata sumber itu.
Inmarsat kemudian memberikan data tersebut kepada Air Accidents Investigation Branch (AAIB) milik Inggris, dan mereka segera memprosesnya. Inmarsat diminta untuk menyediakan link data satelit untuk armada Malaysia Airlines dan terus memantau sinyal setiap jam dari MH370 sampai jam 08:19, waktu WA. Sinyal tersebut diambil dari satelit 38,000 km di atas Samudera Hindia dan diteruskan melalui stasiun bumi di Perth.
Pihak berwenang Malaysia dipaksa untuk mengambil temuan AAIB yang bekerja sama dengan Inmarsat tersebut 5 hari setelah MH370 menghilang. parahnya lagi juga butuh beberapa hari untuk membuat radar militer Malaysia bisa bekerja melacak data.
Data Inmarsat menunjukkan MH370 mengubah arah dan terbang melintasi Malaysia menuju Laut Andaman tapi pencarian justru terus saja dilakukan di Laut Cina Selatan, sebelah timur negara itu. Baru kemudian pada 16 Maret pencarian dipindahkan ke Samudera Hindia selatan dengan pencarian pertama melalui udara dari Perth pada 18 Maret, 10 hari setelah MH370 hilang.
Patut dicatat bahwa ahli kelautan (oceanographers) setuju bahwa 10 hari mampu membuat kesempatan untuk menemukan puing-puing yang besar dari pesawat, hilang. Setelah 10 hari puing-puing tersebut akan melayang dan kemudian basah kuyup, lalu tenggelam dan rusak di laut yang berat. Laut dengan arus yang kencang akan menyebarkan puing menjadi saling menjauh dengan jangkauan sebar yang luas.
Ada banyak perdebatan tentang data satelit Inmarsat yang merupakan panduan dasar dari pencarian MH370 di Samudera Hindia. Namun, bagi US National Transportation Safety Board, AAIB, the Australian Transport Safety Bureau, the French BEA, serta Boeing dan produsen mesin Rolls-Royce, setuju bahwa data Inmarsat tersebut valid.
Presiden Emirates Tim Clark mengklaim ada upaya pembohongan publik terhadap kecelakaan pesawat terbang yang melibatkan 239 jiwa tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H