Lihat ke Halaman Asli

Nikmat Itu Hanya Sesaat*

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sesalku, satu kata yang ingin ku letakkan diawal kalimat untuk hari ini. Rasanya baru beberapa detik lalu aku mengunyah bakso yang dari setiap butirannya terasa nikmat menggelinding ditenggorokanku. (Sejenak mengingat kejadian beberapa detik lalu) Kukunyah dengan begitu nikmatnya. "Hari ini adalah keberuntunganku" begitu kata hatiku untuk segala nikmat hari ini. Betapa tidak, hari ini aku dapat bakso gratis plus kemenanganku bermain poker (game online yang menawarkan sejuta harapan dengan gelontoran chipsnya). "yap! jika sudah 10M aku jual aja ah, lumayan dapat 100 ribu bisa buat makan, rokoan plus pacaran" otak kampunganku mulai bermain-main dengan segala harapan semu itu.

"Mang tambah baksonya mang, lima ribu lagi" lanjutku meminta mamang tukang bakso untuk menambahkan baksonya saja.

"Laper de?" sahut mamang bakso itu sembari tersenyum dan menambahkan baksonya dimangkok yang ku pegang kini.

"hehehe... iya nih mang laper abis kerja"

"kerja apa emang de?"

"engga sih, cuma abis menang jual chips aja" sahutku. Teringat baru saja aku menukarkan 1M chipsku dengan uang 10ribu. "lumayan masih sisa 7m nih! ntar kalo udah 10M langsung sikat jual ajalah!" gumamku dalam hati.

"chips? apaan itu de?" dengan nada penasaran dan penuh tanya mamang bakso itupun menanggapi.

"ya semacam taruhan gitu deh mang"

"wealah taruhan tho? kok ya disebutnya kerja, dosa lhooo de..." sahut mamang bakso bermaksud mengingatkan.

"hehehe" dengan muka tak berdosa aku diam tak berdaya untuk menjawab pertanyaan itu. Namun jauh dalam lubuk hatiku aku dirumitkan dengan berbagai pilihan untuk itu. Pilihan dengan salah satu opsi dosa yang ku anggap biasa. Suatu dilema besar ketika keberlanjutan hidup diarahkan pada hal-hal yang berbau dosa apa lagi jika dikaitkan lebih jauh yang pada akhirnya mendzalimi pihak lain. Namun itulah realitanya, akupun cuek aja jika nantinya ada pihak yang dirugikan. Toh ini hidupku, 100% yang berhak mengatur hanyalah aku. Satu yang pasti! "YANG PENTING AKU BISA BERTAHAN HIDUP".

"berapa mang semuanya?" sejurus kemudian setelah aku melahap habis bakso rasa poker ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline