Orang-orang Tionghoa atau lebih dikenal dengan orang Cina pada mulanya datang ke pulau Bangka untuk melakukan penambangan timah. Mereka didatangkan pada waktu itu oleh Sultan Mahmud Badaruddin I (SMB I). Hal ini disebabkan karena orang-orang Cina tersebut dikenal pandai dalam teknik penambangan paritnya.
Sebagaimana dikutip dari Jerry, 2018: 251 dalam tulisannya "Pecinan Mentok", bahwa SMB I kala itu tertarik dengan orang-orang Cina tentang pertambangan karena terinspirasi dari teknik tambang parit yang mereka terapkan di Johor. Oleh sebab itu ia memberanikan diri dan merasa yakin akan keahlian mereka.
Kedatangan kuli-kuli Cina ke Pulau Bangka pada awalnya masuk di daerah utara dan barat, yakni Mentok dan Belinyu. Sejak saat itulah orang-orang Cina tersebut mulai tinggal di pulau Bangka, kemudian mereka mulai membangun perkampungan.
Kampung-kampung perkumpulan mereka ini kemudian disebut dengan pecinan (kampung Tionghoa/Cina). Kampung mereka ini tersebar hampir di seluruh Pulau Bangka, seperti Kampung Lumut di Belinyu, Kampung Tayu di Parittiga, Kampung Ranggam di Mentok, dan lain sebagainya.
Di Peradong, juga terdapat kampung Cina, tepatnya di dusun Menggarau, Peradong Kecamatan Simpang Teritip Kabupaten Bangka Barat. Berdasarkan keterangan dari orangtua di sana, kampung tersebut merupakan kampung salah satu kampung Cina yang ada di Simpang Teritip.
Hal ini dapat dilihat dari jejak peninggalan dan bangunan Cina yang ada di kampung tersebut. Seperti halnya topikong yang ada di Simpang Teritip, tepatnya di depan kantor camat Simpang Teritip, sebelum dipindahkan dan dibangun baru ke tempat tersebut awalnya berada di dusun Menggarau Peradong.
Jejak-jejak perkampungan tersebut sebagian masih ada bekasnya, termasuk makam atau kuburannya. Menurut informasi mentah, di sana juga pernah tinggal orang yang disebut kapiten.
Ia tinggal di Cenanom masyarakat menyebutnya, ia juga termasuk orang Cina yang kaya pada saat itu. Nama tersebut menjadi sapaan di masyarakat kala itu, tanpa mengetahui nama sebenarnya. Cerita ini sekarang tidak banyak lagi diketahui oleh masyarakat, termasuk orang Cina yang masih tinggal di kampung tersebut.
Di antara jejak-jejak tersebut seperti bekas bangunan topikong yang terletak di tengah-tengah perkampung dusun Menggarau, yang saat ini sudah semak dan mulai ditumbuhi lumut.
Selanjutnya beberapa bekas bangunan rumah yang masih terdapat bekas sumur atau perigi dan bak penampungan air yang terbuat dari semen permanen. Selain itu juga terdapat beberapa kuburan atau makam yang menjadi bukti keberadaan orang-orang Cina di kampung tersebut.
Saat ini keberadaan orang-orang Cina tersebut sebagian besarnya telah bermingrasi ke pelangas, sebagian ada yang ke Pangkalpinang, Mentok, Jakarta, dan bahkan katanya ada yang bermigrasi juga ke Singapura. Sekarang yang masih tersisa hanya 4 sampai 7 kepala keluarga saja.
Menurut cerita, di sana juga dahulu pernah ada tambang yang dibuat oleh orang-orang Cina kala itu. Semoga tulisan kecil ini memberikan sedikit informasi dan dikemudian hari ada yang menelusuri lebih dalam lagi tentang keberadaan orang-orang Cina di kampung Peradong.
Ditulis Oleh: Suryan
Pemerhati Manusrip/Naskah Kuno dan Sejarah Lokal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H