Lihat ke Halaman Asli

ELRaymond

Rohaniwan

Aku, Tuhan, dan Kandang

Diperbarui: 27 Januari 2022   05:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sudahkah engkau berkunjung ke rumahku?

Pada petang yang telanjang ku menunggu jejakmu datang.....

Maaf jika engkau tiba, sungguh tak banyak yang terhidang selain rumput ilalang untuk sekelompok binatang.... 

Maklum ... Aku terlahir di kandang. Ibu memelukku dalam cumbu pada sepotong palung sisa makanan yang terbuang.... 

Ayahku berkata ia tak punya uang tuk membeli sekepal roti di kota sandang, tempat di mana ia dulu berpetualang.... 

Aneh....

Orang-orang di desaku memasang pada pintu rumahnya sebuah penghalang. Enggan mereka menerimaku yang lahir mengayuh lenggang, tak menjinjing barang....

Tahukah kamu? Hanya domba, lembu dan bintang temani malam sunyiku yang panjang ..... 

Tetapi sekarang... 

Mereka memanggilku Tuhan...

Manusia memang tak berurat malu. Ketika ku lapar dan telanjang tak satu pun yang bertandang. Ketika ku berpulang, semuanya bertanya; Kapan lagi kamu datang, tolonglah kami anakmu yang kini terbuang.... 

Maaf... 

Sayapku telah patah sayang...




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline