Lihat ke Halaman Asli

Tanah Tumpah Darah

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Senja lembayung tebaran akasia
sepasang murai kecil terbagi resah
termangu ragu bebaskan diri
menapak kaki tanah miliknya
bukan harapannya
tempat Ia hirup wangi
guyur hujan merah hati

Ia ayun langkah perlahan
coba bercermin di air kali
batu kecil warna-warni
membenam tawa getir
segaris jati diri
jatuh terselip disela batu
ingin mengambilnya
menggores lebih tebal
tepi garis subur negeri leluhur
saat sepetak sisa besarkan diri
hilang lenyap
teraup setangkup kokoh tangan

Murai pun berandai
petani kecil rindu tanah leluhur
tanah berbatu
tanah sayup ia lantunkan
sebait tembang putih
tembang kasih buat ibu

masihkah mungkin ...
Oh Indonesiaku ...

Elputra84

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline