Lihat ke Halaman Asli

Menunggu Panen Buah Naga

Diperbarui: 19 Februari 2023   23:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pen membuka pintu. Mulai terang. Pen melihat jam usang yang masih berdetak pasti di dinding rumahnya. Baru jam lima lewat tiga puluh menit. Pantasan mulai terang. Perlahan dan pasti Pen bisa melihat sekitarnya dengan jelas. Pen merasakan sejuknya udara pagi ini. Pen belum mau beranjak untuk mandi. Sebentar lagi, bisik hatinya.

Tiba-tiba mata Pen membulat. Segera Pen beranjak dari tempatnya berdiri dan menghampiri rumpun tanaman naga di halaman rumah. Matanya tertuju pada salah satu belalai pohon naga yang mulai rimbun. Senyum mengembang di bibirnya dengan sempurna. Seakan tak percaya, Pen melihat ada bakal bunga di sana. Masih kecil memang, tetapi Pen berangan bunga naga itu segera berbuah dan dia akan memanen segera.

"Wah..., cantiknya. Aku tak sabar melihat kembangmu dan berubah menjadi buah. Alangkah manis rasa buahmu nanti," ujar Pen kepada pohon naga. Tentu saja tak ada jawaban, Pen tahu itu. Pen seakan terbuai pada khayalnya sendiri. Buah naga pertama setelah hampir setahun lalu dia menanamnya.

"Pen, ayo mandi. Sudah siang," teriak ibu dari dalam.

"Iya, Bu." Pen segera masuk ke dalam. Menghampiri Ibu yang sibuk di dapur dan berujar "Bu, pohon nagaku berbunga bu, udah ada bakal bunganya. Kebayang deh manisnya nanti kalau buahnya udah matang." 

Ibu hanya tersenyum memandang ke arah Pen. Tanpa menunggu jawaban ibu, Pen masuk ke kamar mandi dan mulai terdengar semburan air. Tak lupa, Pen bernyanyi seperti biasa. Katanya agar airnya tak terasa dingin diguyurkan ke badan. Hanya dalam waktu singkat Pen menyelesaikan ritual mandi pagi dan bersiap untuk memakai seragam.

"Ayo, Pen. Sarapan dulu. nanti telat," terdengar panggilan ibu seperti biasanya. 

"Iya, Bu. Sebentar lagi," sahut Pen dari kamar. 

Bapak juga sudah bergabung di meja makan dan mulai sarapan, karena Bapak akan berangkat kerja. Akhirnya Pen keluar juga. Mengambil posisi duduk dan menyendok nasi ke piringnya. 

"Pak, pohon nagaku berbunga, Pak. Tak sabar rasanya menunggu buahnya matang, Pak. Pasti manis rasanya. Kira-kira buahnya daging buahnya berwarna merah, putih, atau kuning ya, Pak?" Pen antusias sekali menerangkan kepada bapak.

"Ya, kita lihat saja nanti, Pen. Masih butuh waktu beberapa lama, agar kamu bisa icip rasanya," jawab bapak. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline