Lihat ke Halaman Asli

Elfish Angelic

Suka baca yang tidak terbaca

Lagi dan Lagi...

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ada seekor kuda putih yang sangat indah dengan 'ketampanan' yang memabukkan segenap isi padang savana. Putih dan bercahaya ketika sinar mentari menerpa kulitnya hingga bayangannya seolah tak tahan menemaninya.

Segenap pujian dan kekaguman menemani setiap langkahnya. Semua mata tertuju untuknya.

Sang kuda memutuskan menyendiri dan menemui Raja Dunia. Disana ia berlutut dan memohon.

"Demi keindahan yang lebih sempurna, mohonlah kiranya Yang Agung meyempurnakan penampilan hamba." pinta kuda itu.
"Seperti apakah yang kau mau?" tanya Sang Raja.
"Hamba ingin leher yang lebih panjang agar tubuh bagian atas lebih menjulang menunjukkan keindahan wajah hamba, dan juga kaki yang ramping lagi panjang agar tampak seperti melayang dan anggun ketika hamba melangkah"
"Jadilah demikian" akur Sang Raja Dunia.


Lalu seekor Onta muncul menggantikan tubuh kuda putih itu, dan ia pun terkejut dan merasa itu tidak seperti yang ia maksud.

====>(terjemahan bebas)

Kebanyakan dari kita menginginkan lebih sementara kita lupa begitu sempurnanya  kualitas yang kita miliki sehingga "lolos" dari ijin Yang Mencipta, untuk hadir disini, di bumi ini. Dengan segala "kekurangan" yang mungkin hanya menurut pandangan umum saja.

Ada yang merasa hidungnya pesek, atau matanya terlalu sipit atau tinggi badanya kurang atau kepalanya botak?

Beruntunglah sebagian mungkin sanggup melakukan operasi plastik dengan baik, kemudian tidak bebas berenang di pantai yang berpasir putih.

Ada juga yang repot memperbesar kelopak matanya, sementara banyak diluar sana yang tidak punya bola mata dan mereka tidak mengeluh soal warna yang tidak pernah mereka lihat.

Tetapi yang lebih menjengkelkan adalah, bagaimana dunia yang begitu indah dengan tatanan yang teratur dan disiapkan untuk dinamika yang lebih beradab, sementara banyak kelompok penghujat yang berkumpul dan menghina para pendeta, uskup atau paus yang tidak mengijinkan pernikahan sesama jenis dan aborsi.

Jika atas nama kesamaan hak dan dunia yang lebih indah "menurut mereka", kemudian merusak apa yang sudah indah menurut yang ditetapkan, lalu dunia seperti apakah yang akan kita wariskan nantinya?

Sudahkah kita menerima diri kita apa adanya???

+++




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline