Duduk dengan kulit punggung menempel intim di sandaran kursi, mejaga mata tetap terbuka dan wajah terlihat hangat. Ruang gerak rasanya terbatas dan hanya mata yang bebas menyapu ruang terbuka di depan. Kepala hanya menoleh sesuai babannya hanya untuk menunjukkan bahwa masih ada kehidupan disana untuk mendengarkan, untuk menggambarkan kebosanan, setengah-ada, setengah-jauh.
Ada hari ketika hanya keinginan yang terbersit dan penyesalan yang selalu terlambat untuk mengatur hal-hal terkait masa lalu yang tidak akan kembali. Kertas rokok dengan tembakau menyala diantara jari-jari, wanita dan harta.
Wanita?
Mungkin rokok adalah pillihan masa kini, tidak membunuh seketika. Ada banyak alternatif bagaimana nanti akan terobati ketika kanker dan impotensi mencoba menghabisi kelamin kita.
Kelamin?
Mungkin harta bukan satu satunya yang dibutuhkan dalam masa depan. Ada kelamin yang harus diselamatkan tanpa merusaknya dengan racun nikotin.
Racun?
Aha... wanita akan mencoba memasang wajah penuh rona merah ketika desahan nafas dari hidung berkumis perlahan menggoyang kendang telinga mereka. Tapi, apa kata yang pantas dan tidak membuatnya langsung tertuju pada ranjang yang tertata rapi?
Menjijikkan saat ia bisa melintasi ruang kosong selebar dua centimeter yang memisahkan keajaiban kiri dan kanan penopang tubuh kaum hawa.
Sangat disayangkan, ketika masa untuk wanita terlewatkan karena api rokok yang tak henti hentinya terbakar diantara dua jari.
Sangat menyiksa karena harta tidak mencukupi untuk dihabiskan dengan wanita yang sampai tua tiba tiba menjadi radio rusak.