Lihat ke Halaman Asli

Elfish Angelic

Suka baca yang tidak terbaca

Menjadi Pemilih Cerdas VS Kalapers, Anda Pilih Mana?

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari terjadilah percakapan antara dua orang pemuda. Sebut saja si A dan si B.

A :”Hy bro. Whatsapp?”

B : “Hy bro. WeChat”

A :”Bentar lagi kan pemilu bro. Loe pilih siapa nih?”

B : “Halah. Bosen gue ama pemilu. Bosen gue ama janji-janji caleg. Dari dulu juga gini-gini aja. Ujung-ujungnya tetep aja tuh para pemimpin pada korupsi. Tetep aja pada ngga mikirin rakyat kecil”

A : “Terus kalo gitu loe mau gimana?”

B : “Gue, kalo ngga golput ya coblos yang ngasih duit aja lah. Ngapain mikirin caleg-caleg ngga jelas. Toh mereka kalo udah jadi juga ngga mikirin kita”

Sering denger kan percakapan seperti itu? Atau malah kalian sendiri yang ngalamin? Atau kalian sendiri yang jadi si B? Ckckck kalau kalian jadi si B, gue saranin segera elo baca syahadat yang bener. Emang seperti itulah gambaran anak-anak muda sekarang. Mulai acuh, mulai apatis, mulai bosan dengan dunia politik. Bahkan belum mengenal pun udah mulai kerasa mual mau muntah. Memang bisa dimaklumi itu semua karena keadaan bangsa kita yang kian hari dirasa ngga semakin baik tapi sebaliknya. Korupsi dimana-mana, kemiskinan disana sini, wakil rakyat hidup mewah, rakyat hidup miskin. Emang kalau kita hanya mengandalkan satu sisi kacamata pemikiran kita, maka akan terjadi pemikiran-pemikiran semacam percakapan dua pemuda tadi.

Lalu, sebenernya apa yang mau gue tulis disini? Gue mau ngomongin langkah sederhana kita selaku generasi muda untuk sedikit bisa merubah keadaan bangsa kita tercinta ini. Sedikit. Ya memang sedikit. Karena mungkin solusi yang gue berikan ngga bakal berpengaruh banyak. Tapi paling engga kita udah bisa melakukan sesuatu untuk kebaikan negara kita walaupun sedikit. Bukankah borobudur yang megah itu juga pasti dibangun dari satu batu lebih dulu? Bukankah monas yang menjulang tinggi juga diawali dengan pondasi yang begitu rendah?

Yup. Ini tahun 2014, 9 April nanti kita bakalan memilih wakil rakyat yang akan menentukan nasib bangsa kita 5 tahun kedepan. Intinya, di tulisan ini gue mau ngomong dikit solusi yang berhubungan dengan percakapan 2 orang pemuda tadi. Sebelum itu, gue mau tanya sebuah pertanyaan yang diutarakan Pandji di tour Mesakke Bangsaku Jakarta. Diantara elo, siapa yang masih inget siapa yang dicontreng (2009 pakenya contreng bukan coblos) pas pemilu 2009? Pada ngga bisa jawab kan? Nah itu sedikit gambaran salahnya kita-kita dalam memilih pemimpin-pemimpin negara ini. Gimana negara ini mau lebih baik kalo loe sendiri milih seseorang yang ngga jelas itu siapa?

Terus tiba- tiba ada yang nyeletuk gini“Lah emang ngga tahu. Calegnya aja buanyak banget. Belum lagi kita disuruh nyoblos 4 surat suara”. Nah itulah salah satu titik awal kesalahan kita. Jaman sudah semakin maju, internet dimana-mana. KPU pun pasti sudah menyediakan sarana untuk masyarakat bisa mengakses informasi mengenai segala sesuatu tentang caleg. Bahkan di twitter pun banyak sekali yang ngetweet tentang profil-profil para caleg. Nah kita tinggal mencari mana-mana saja caleg yang track recordnya bagus. Apa profesinya, gimana pendidikannya, apa aja prestasi-prestasi yang pernah diraih, kalo dulu udah pernah jadi wakil rakyat, apa aja yang udah dia lakuin. Cari info-info tadi, baru elo tentuin mana yang bagus mana yang engga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline