Lihat ke Halaman Asli

Elok Muzayyanah

IESP 17 Universitas Jember

Covid-19: Pandemi Global yang Mematikan Perekonomian

Diperbarui: 1 April 2020   23:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pandemi Virus Corona atau COVID 19 yang pertama kali muncul di Wuhan, Provinsi Hubei, China yang diduga muncul pada Desember lalu telah menimbulkan sebanyak 81.518 kasus terkonfrimasi di China dan 3.305 jiwa dinyatakan mneninggal dan 76.052 dinyatakan sembuh. Guna memitigasi penyebaran Coronavirus Pada 23 Januari 2020 pemerintah China menetapkan lockdown pada provinsi Hubai dan kota Wuhan.

Dan pada 23 Maret 2020 Lockdowon pada provinsi Hubai dibuka kembali dan untuk Wuhan, kota yang pertama kali mejadi tempat muculnya Coronavirus akan dibuka pada 4 April 2020 mendatang. Sejauh ini telah dikonfrimasi pemerintah China bahwa sudah tidak ada lagi kasus Coronavirus di China. 

Lockdownnya China telah mebuat kepanikan kepada beberapa negara karena China merupakan ujung tanduk dari sebuah perekonomian global. Harga- harga komditas meningkat karena timbulnya ketidakpastian yang disebabkan oleh Coronavirus tidak hanya pasar komoditas, guncangan juga terjadi di pasar uang, beberapa negara mengalami depresiasi mata uang akibat dari adanya Coronavirus.

Penyebaran COVID 19 diberbagai negara didunia telah menjadi pandemi global yang telah menimbulkan kepanikan global. Virus yang muncul pertama kali di kota Wuhan, China pada Desember lalu ini telah menyebar setidaknya 203 negara, tidak hanya dikawasan Asia, termasuk negara-negara maju seperti Amerika Serikat yang saat ini telah terkonfrimasi bahwa negara yang paling banyak memiliki kasus Coronavirus yang melebihi kasus Coronavirus di China, tidak hanya itu penyebaran Coronavirus juga telah meluas pada beberapa negara Eropa seperti Italia, Spanyol, Jerman yang telah mengkonfrimasi darurat pada negaranya.

Di Indonesia sendiri Presiden mengumumkan bahwa virus ini muncul pada 2 Maret 2020 terdapat dua orang terpapar Coronavirus setelah melakukan kontak langsung dengan warga negara Jepang yang bekerja di Malaysia. Penyebaran yang sangat cepat dan telah meluas di berbagai wilayah di Indonesia terutama Ibu kota Jakarta khususnya Jabodetabek telah menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi domesik dan memunculkan kepanikan di masyarakat. 

Hingga saat ini 01 April 2020 hampir 4 minggu setelah Indoneisa dinyatakan terdampak Coronavirus melalui akun resmi pemerintah dalam informasi tentang COVID 19 tercatat 1.677 Jiwa dinyatakan positif terpapar Coronavirus dari angka tersebut 103 Jiwa dinyatakan sembuh dan 157 Jiwa dinyatakan meninggal. 

Angka stastistik ini belum dengan adanya pertambahan Orang Dalam Pemantaun (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan Orang Dalam Resiko (ODR). Angka ini setiap harinya mengalami peningkatan dikisaran 8%. Padahal beberapa kebijakan sudah diterapkan, lalu mengapa tingkat kematian terus-menerus meningkat ? Sebenernya ini adalah salah satu akibat dari terlambatnya pemerintah dalam menghadapi COVID 19.

Salah satu tindakan pertama pemerintah dalam menangani perluasan penyebaran COVID 19, selain meningkatan pengobatan, menyiapkan sarana prasarana rumah sakit, meningkatkan kapasitas tenaga medis dan alat medis, pemerintah juga mengajurkan adanya Social Distancing pada masyarakat. 

Masyarakat tetap boleh melakukan kegiatan diluar rumah dengan membatasi kegiatan tersebut, tetapi saat ini keadaan telah berbeda seiring meningkatnya angka tekonfrimasi kasus COVID 19 dan meningkatnya jumlah kematian setiap harinya, pemerintah memperketat Sosial Distancing dengan meliburkan kegiatan diluar rumah. 

Seperti sekolah atau kuliah yang dilakukan melalui media digital sehingga tidak menimbulkan kontak langsung antar individu dengan kelompok, selain itu pekerjaan-pekerjaan dikantor dilakukan di rumah. Selain penerapan Social Distancing pemerintah juga menetapkan adanya Pyshical Distancing dimana masing-masing individu tidak saling berdekatan, masing masing individu harus berjarak satu meter dengan siapaun. 

Lalu siapakah yang akan merugi dengan penerapan Social Distancing dan Pyshical Distancing ?. Ya, mereka para pekerja diluar kantor, para pekerja serabutan, para pekerja yang setiap hari membutuhkan konsumen untuk meningkatkan keuntungan, para pekerja jalanan seperti ojek online yang seketika sepi penumpang, sepi pemesan makanan karena kekhawatiran yang tinggi pada masyarakat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline