Lihat ke Halaman Asli

Duduklah

Diperbarui: 16 Mei 2020   20:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kita termenung untuk keadaan saat ini, terus masuk dalam lorong hati yang tak berujung

Kulihat wajahmu pilu menahan keinginan yang mungkin bisa terungkap

Yang takkan pernah bisa kutebak-tebak

Seperti halnya sisa waktuku saat ini, akupun tak tau detik ini, menit ini, waktu ini, esok hari, lusa dan seterusnya masih bernyawa atau tetap tinggal di sandingmu

Duduklah, dengarkan aku yang takkan lagi merasa muda saat semua berubah menjadi milikmu

Duduklah, agar aku merasa ketenangan 

Duduklah, jemariku menggigil menggenggam menunggu kau katakan sesuatu padaku

Duduklah, katakan sesuatu, katakan kau tidak akan diam-diam saja selama aku masih bersamamu

Duduklah, akan kuceritakan tentang bait-bait seribu empat ratus enam puluh hari ketika aku mencintaimu

Duduklah, ceritakan tentang bait-bait seribu empat ratus enam puluh hari ketika kau mencintaiku

Kurasa... akhirnya kita berbahagia atau justru berduka

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline