Lihat ke Halaman Asli

Cerpen | Penyanyi Hujan dan Jelita Pelangi

Diperbarui: 16 Juni 2019   21:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok pri

Tuk, tuk,tuk.

Melewati dedaunan hijau di antara ranting-ranting pohon, surai yang lolos dari cepolan Ara bergelombang disapa angin lalu. Dia tersenyum menyadari bunyi ketukan tongkat menghampiri. Gingsul manisnya tampak kala itu.

"Rei! Di sini!" sapanya, mendapati si pengetuk tongkat kehilangan arah.

"Aku datang!"

Ara bangkit dari tempatnya, menghampiri Rei untuk sekadar meluruskan jalannya. Khawatir terjatuh dan tersandung batu.

Namun, bantuan Ara ditepis pelan. "Gak perlu, Ra. Aku bisa," tolak Rei.

"Nanti kamu jatuh!"

"Gak mungkin jatuh. Aku bisa sendi- ADUH!"

"Eh Rei!"

Rei mengaduh kesakitan. Sandal jepitnya tanpa sengaja terlepas, alhasil kakinya mengijak kerikil tajam yang bermuara di dekat rumput. Syukurnya tidak sampai terluka.

"Tuh kan! Apa kubilang?!" omel Ara sedangkan Rei terkekeh pelan. "Keras kepala sih, kamu!" lanjutnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline