Lihat ke Halaman Asli

Koran Jogja Mestinya “Njogjani”

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1329462974369740135

Melihat-lihat halaman depan dua koran yang terbit di Yogya ini menggelitik saya untuk mengobrolkannya. Bukan soal tampilan sih, tapi soal berita dari masing-masing harian. Walaupun sama-sama menempelkan nama “Jogja” di belakangnya, tentu saja mereka berbeda dalam  memilih berita-berita yang layak menempati halaman mukanya.

Mohon maaf, saya bukanlah pengamat koran atau media pada umumnya, tapi hanyalah pembaca yang kebetulan bermukim di nagari Ngayogyakarta Hadiningrat. Kalau saya sekarang ngajak ngobrol soal koran, tentu saja bukan obrolan yang serius, tapi sekadar obrolan tingkat “angkringan.” Dan kebetulan aja saya membaca dua koran itu hari ini (Jumat Legi, 17/2/2012).

Dari hitungan saya, ada lima berita di halaman depan Harian Jogja, dan hanya satu yang merupakan isu nasional. Empat lainnya merupakan berita-berita dari wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Bagaimana dengan Tribun Jogja. Dari lima berita juga di depan, hanya ada satu berita yang dari Yogya.

Setidaknya itu sudah menunjukkan perbedaan, bahkan lumayan mencolok. Nggak tahu lah apakah itu merupakan kebijakan mereka sehari-harinya, atau kebetulan saja di hari ini, dalam menentukan berita-berita yang harus muncul di etalase mereka.

Kalau saja itu jadi kebijakan sehar-harinya, tentu saja saya menyayangkan Tribun Jogja. Ini bukannya saya lebih suka Harian Jogja. [La wong saya sendiri bukan pelanggan kedua koran itu… hehehe. Maklum, saya hanya baca e-paper-nya. Dasar nggak modal! Hahahaha… Tapi setidaknya saya pembaca setia kok]

Oke deh, kita terusin. Kenapa saya menyayangkan Tribun Jogja? Jawaban sederhananya, ya karena berita-berita luar Yogya-nya mendominasi; padahal dia terbit di Yogya. Bukannya berita-berita seputar Yogya nggak ada; ada banyak, tapi di halaman-halaman dalam.

Sebagai harian yang ada di Kota Gudeg ini, alangkah eloknya bila halaman depan sebagai etalase lebih mencerminkan “kejogjaannya.” Ini cuma pendapat seorang pembaca lo ya. Kalau ditanya apa yang mendasari pendapat saya, ya cuma “rasa” saja, terutama sebagai wong Yogyakarta. Dasar-dasar yang lebih ilmiah sebaiknya ditanyakan saja ke para pakar jurnalistik.. hehehe.

Coba juga kita lihat berita yang dipilih sebagai berita utama alias headline (HL) Tribun Jogja mengangkat judul “Ada Menteri Minta Duit Rosa,” sementara Harian Jogja menuliskan “Lereng Merapi Rada Anget.” Yang disebut pertama merupakan berita follow-up tentang kasus korupsi yang lagi heboh di ibukota, sedangkan yang kedua tentang perkembangan terbaru tentang aktivitas vulkanik Gunung Merapi.

Sebagai informasi, keduanya sama-sama penting. Tapi sebagai wong Yogya, info soal Merapi sepertinya lebih penting deh. Di Tribun Jogja, berita soal Merapi juga ada di halaman depan, tapi menempati porsi yang kecil. Yah begitulah…

salam angkringan…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline