Lihat ke Halaman Asli

Elni Fatimah

chanhami1102

Hilangnya Pesona Makanan Tradisional di Tengah Arus Globalisasi

Diperbarui: 30 Desember 2021   06:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: hot.liputan6.com

Globalisasi membawa pengaruh yang luar biasa pada bidang politik, sosial budaya, pertahanan dan keamanan suatu negara. Salah satu masalah yang cukup terkena dampak adalah bidang sosial budaya, yaitu terkait konsumsi makanan tradisional. Makanan tradisional sekarang cukup langka untuk ditemui di pasaran. Padahal makanan tradisional merupakan makanan yang telah turun temurun untuk dihidangkan atau di konsumsi. Makanan tradisional bersejarah dalam hidangan nasional, masakan daerah atau masakan lokal.

Sejak dulu, makanan tradisional sudah disajikan dalam acara-acara tertentu. Seperti acara pernikahan, acara syukuran, acara peringatan kematian, dan sebagainya. Makanan tradisional juga menyimpan makna filosofis mendalam. Baik dari bahan pembuatan nya maupun teknik pembuatan nya. Sehingga menambah kekaguman ketika menikmati makanan tersebut sambil menyelami makna yang terkandung dalam makanan tersebut.

Namun, sejak tahun 1970-an, makanan junk food seperti KFC, McDonald’s, Burger King, dan sebagainya mulai masuk ke Indonesia dan merambah di pasar domestik. Makanan ini lebih diminati oleh anak-anak, kaum muda, bahkan orang dewasa dibandingkan makanan tradisional yang selama ini telah menjadi makanan sehari-hari mereka. Makanan junk food dinilai memiliki tampilan lebih “eye cathing” dengan warna-warna yang memikat dan rasa yang lebih bervariasi dibandingkan dengan makanan tradisional. Selain itu, hal tersebut juga tidak terlepas dari peran media yang turut meramaikan tren makanan luar negeri dengan iklan-iklan yang menarik, sehingga makanan tradisional yang biasanya di konsumsi makin berkurang “pesona-nya” di tengah-tengah masyarakat.

Zaman sekarang sering kita jumpai pada kehidupan sehari-hari banyak dari kalangan muda maupun anak-anak lebih memilih untuk mengkonsumsi makanan yang memiliki “brand luar negeri”. Hal ini dikarenakan makanan tersebut terkesan lebih mewah dan mahal, serta tak semua kalangan masyarakat yang memiliki kemampuan untuk membeli produk makanan tersebut.

Fast food dan junk food mulai merajai dunia kuliner dikarenakan kemudahan dalam pembuatan dan penyajian yang juga tidak membutuhkan waktu lama. Sementara untuk sebagian makanan tradisional kadang kalanya memang membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang lebih banyak dikarenakan bahan serta metode pembuatan yang cukup beragam.

Misalnya rendang, makanan khas asli Sumatra Barat ini membutuhkan bahan yang cukup banyak dan waktu yang tidak sedikit dalam pembuatan nya. Bahan-bahan rempah yang beragam seperti cabai merah giling, jahe, lengkuas, bawang merah dan bawang putih, santan, daging, dan sebagainya membutuhkan biaya yang cukup banyak. Pengolahan makanan dari mentah sampai menjadi siap santap cukup lama. Paling tidak dibutuhkan ± 3 jam untuk memasak daging hingga matang.

Hal ini sangat berbeda dengan junk food dan fast food. Untuk jenis fast food, makanan dapat untuk dinikmati ± 15 menit. Bahkan untuk makanan yang cepat saji seperti mie instan hanya memerlukan 3 - 10 menit pembuatan hingga siap untuk dinikmati, bahkan makan tersebut juga menghasilkan aroma yang lebih memikat dan menggugah selera. Hal inilah yang menjadikan fast food dan junk food lebih populer untuk dikonsumsi dikalangan manapun. Akhirnya, makanan tradisional yang dahulunya sangat mudah ditemukan di tengah-tengah masyarakat makin langka jumlahnya karena telah kehilangan peminatnya.

Dilansir dari situs CNN, dibalik tren junk food dan fast food yang dinilai keren. sebenarnya gaya hidup tersebut dapat menimbulkan pola konsumsi yang kurang baik dan bahkan berdampak buruk bagi Kesehatan. Makanan junk food dan fast food kebanyakan memiliki kandungan minyak yang tinggi.

Beberapa dari junk food dan fast food juga disertai penyedap makanan yang berdampak buruk bagi sistem percernaan, bahkan sebagian dari bumbu dan penyedap yang disertakan untuk menambah aroma dan rasa gurih pada junk food dan fast food dapat merusak sistem saraf yang ada dalam tubuh.

Apakah kebanyakan dari kalangan yang sangat mencintai budaya mengkonsumsi junk food dan fast food tidak mengetahui bahaya dan dampak jangka panjang jika terlalu banyak mengkonsumsi makanan junk food dan fast food?

Apakah generasi selanjutnya masih akan merasakan cita rasa khas dari makanan tradisional bangsanya sendiri?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline